Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Posisi Matahari yang tengah berada di level puncak aktif, berbarengan dengan peristiwa alam Gerhana Matahari Total (GMT) membuat penduduk Bumi dapat menyaksikan fenomena ledakan. Apakah punya dampak ke planet Bumi kita?

Secara sederhana GMT menyebabkan pandangan Matahari akan terhalang dan menyisakan sisi tepi. Hal ini membuat tepian plasma Matahari tampak meledak-ledak — efek dari siklus 11 tahunan yang tengah mencapai puncak maksimum, kata Prediction Center Project Manager di Space Weather, Bryan Brasher.

Matahari yang menyimpan energi magnetik dan arus listrik dalam jumlah besar. Dengan aktivitas ledakan Matahari yang kini mencapai posisi tinggi, medan magnet ini tentu punya peluang berdampak pada Bumi. Alhasil ada gaya tarik gravitasi yang amat kuat.

Dengan ledakan yang mendorong gelombang cahaya keluar di seluruh spektrum, termasuk cahaya tidak tidak dapat dilihat kasat mata, seperti Gamma dan X, tentu dapat membahayakan manusia. Namun, hal ini kemudian dapat ditangkap pleh atmosfer Bumi - terjadi penyerapan pada sebagian besar sinar berenergi tinggi tersebut.

Dampak yang patut jadi perhatian adalah para astronom yang tengah berada di luar angkasa atau di ketinggian (seperti di dalam pesawat terbang). Mereka dapat terpapar radiasi. Kerusakan dalam jangka pendek adalah iritasi kulit. Untuk jangka panjang bisa terpapar kanker kulit.

Ledakan merupakan awan padat gas terionisasi pijar yang diproyeksikan dari kromosfer Matahari ke dalam korona. Saat GMT lingkaran akan mengandung efek warna pink tua, atau prominences.

Prominences berhubungan dengan kelompok bintik matahari dan, seperti halnya bintik api aktif, berkorelasi dalam jumlah dan aktivitasnya dengan siklus matahari.

Prominences berhubungan dengan kelompok bintik matahari dan, seperti halnya bintik api aktif, berkorelasi dalam jumlah dan aktivitasnya dengan siklus matahari.

Potensi ledakan matahari. (Dok: NASASpaceNews)

Ledakan bersamaan dengan Gerhana Matahari pada 8 April, minggu depan, yang termasuk fenomena langkah karena baru akan terjadi lagi kemungkinan di Agustus 2044, mengutip Space.com, Selasa (2/4/2024).

Periode gelap yang singkat dalam hitungan menit, saat Gerhana Matahari mencapai puncak adalah waktu yang tepat memandang ke arah matahari tanpa bantuan alat. Pada saat itu juga Anda akan melihat lingkaran plasma bermuatan listrik dengan ukuran jauh lebih besar dari diameter Bumi.

Aktivitas ini melahirkan fenomena Coronal Mass Ejections (CMEs) atau dikenal dengan lontaran massa korona, dimana saat pengamatan dapat terlihat struktur spiral berputar tinggi di atmosfer mahatari, jika beruntung, menrut ilmuwan fisika dari  National Solar Observatory di Boulder, Colorado, Ryan French, dikutip dari Livescience.

(wep)

No more pages