Logo Bloomberg Technoz

Banyak EV Pakai Baterai LFP, RI Pede Nikel Tetap Akan Laris Manis

Dovana Hasiana
01 March 2024 16:20

Laboratorium sertifikasi mutu konsentrat mineral untuk industri baterai LFP di Kota Quebec, Kanada, Selasa (20/6/2023). (Renaud Philippe/Bloomberg)
Laboratorium sertifikasi mutu konsentrat mineral untuk industri baterai LFP di Kota Quebec, Kanada, Selasa (20/6/2023). (Renaud Philippe/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengeklaim cadangan nikel milik Indonesia bakal tetap terpakai, meski mulai banyak produsen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) beralih menggunakan baterai lithium ferro phosphate (LFP) dari nickel manganese cobalt (NMC) .

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan nikel, melalui program penghiliran industri tambang, berpotensi dialihkan untuk kebutuhan lain seperti industri baja nirkarat dan baja paduan.

“Mengenai industri nikel Indonesia, terlepas kita banyak pakai LFP atau tidak, apalagi pasar kita kecil; nikel kita akan selalu digunakan baik untuk material baterai maupun stainless steel dan sebagainya,” ujar Rachmat dalam acara Update dan Sosialisasi Insentif atas Investasi KBLBB kepada Stakeholder, Jumat (1/3/2024).

Dalam kaitan itu, Rachmat mengatakan Indonesia tidak bisa menyetir pasar EV global untuk menggunakan baterai berbasis nikel atau NMC. Terlebih, pasar otomotif di Indonesia hanya mencakup sekira 2% dari kumulatif dunia.

Penggunaan LFP untuk baterai kendaraan listrik makin populer./dok. Bloomberg

Perputaran pasar mobil listrik di seluruh dunia, kata Rachmat, mencapai 70 juta unit per tahun. Sementara itu, Indonesia hanya sebesar 1,4 juta per tahun. Dengan demikian, Indonesia tidak memiliki kapasitas untuk memengaruhi produsen EV dalam menggunakan NMC alih-alih LFP.