Logo Bloomberg Technoz

Bank Diminta Lepas SBN agar Kredit ke Sektor Riil Bisa Lebih Laju

Ruisa Khoiriyah
22 February 2024 12:40

Ilustrasi Bank BRI (BBRI) (Dennis A. Pratama/Bloomberg Technoz0
Ilustrasi Bank BRI (BBRI) (Dennis A. Pratama/Bloomberg Technoz0

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan kredit perbankan di awal tahun 'ngegas', berhasil tumbuh double digit, memberi optimisme bahwa tahun ini mungkin menjadi tahun yang cukup cerah setelah pemilu usai dan perekonomian global memperlihatkan perbaikan ditambah prospek berakhirnya era bunga tinggi.

Meski masih dibayangi oleh pelemahan konsumsi yang dihadang lonjakan harga pangan, ada sinyal korporasi sepertinya mulai bangkit berekspansi menyusul kepastian hasil pemilu. Prospek ekspor juga lebih cerah didukung membaiknya perekonomian beberapa negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan India. Ekspor yang bangkit akan merangsang kenaikan permintaan pembiayaan dari korporasi.

Sedang dari sisi penawaran, Bank Indonesia (BI) menilai likuiditas bank saat ini masih cukup longgar dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,8%, memberi ruang bagi bank untuk menggenjot kredit selain didukung juga oleh berbagai insentif dari bank sentral. 

Jadi, meski tren pertumbuhan DPK masih rendah, Januari lalu hanya tumbuh 5,8%, likuiditas bank yang disimpan di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) masih cukup besar dan akan didorong untuk dilepaskan supaya bisa tersalur lebih produktif untuk membiayai sektor riil sehingga roda ekonomi domestik berputar.

Sampai 20 Februari lalu, berdasarkan data Kementerian Keuangan, kepemilikan perbankan di SBN masih dominan, mencapai Rp1.480,6 triliun setara dengan 25,8% dari total SBN di pasar sekunder. Angka itu sudah menurun sekitar Rp82,26 triliun dibanding akhir Januari.