Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) buka suara soal harga beras yang sedang 'panas'. Terungkap ada daerah dengan harga beras yang begitu mahal, hingga di atas Rp 18.000/kg.
Aida S Budiman, Deputi Gubernur BI, menyebut inflasi beras pada Januari mencapai 0,64% secara bulanan (month-to-month/mtm). Padahal beras adalah komoditas dengan sumbangan terbesar di keranjang inflasi, dengan bobot mencapai 3,43%.
"Ini salah satu penyebab inflasi volatile foods mencapai 7,22% year-on-year (yoy)," ungkap Aida dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari, Rabu (21/2/2024).
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) terbaru BI, lanjut Aida, harga beras memang masih cukup tinggi dan perbedaan antar-daerah yang lebar. Contoh, harga beras di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada di Rp 12.947/kg sementara di Kalimantan Tengah hampir Rp 18.800/kg.
Salah satu penyebab tingginya harga beras, lanjut Aida, adalah El Nino. Kekeringan di sejumlah daerah membuat musim tanam dan panen bergeser.
"Saat ini sudah ada musim hujan tetapi baru di sekitar 70% wilayah Indonesia. Tahun lalu, kita Februari sudah 77%. Jadi ada pergeseran, panen mungkin bergeser sampai Mei" kata Aida.
Untuk meredam kenaikan harga beras, lanjut Aida, pemerintah sudah membuka keran impor untuk meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Saat ini, posisi CBP ada di sekitar 1,2 juta ton.
"Kecukupan pasokan itu ada. Operasi pasar juga terus dilakukan, dan ada penyaluran bantuan pangan beras yang berlanjut," tutur Aida.
Sejauh ini, demikian Aida, harga beras memang masih naik. Namun dia berharap ke depan bisa main terkendali.
"Target kami inflasi volatile foods tidak jauh dari 5%," tegasnya.
(aji)