Logo Bloomberg Technoz

Pengabaian Kelas Menengah Ancam Ambisi RI Jadi Negara Maju

Ruisa Khoiriyah
16 February 2024 14:00

Suasana pengunjung berbelanja di ‘Little Bangkok’, Metro Tanah Abang, Senin (15/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Suasana pengunjung berbelanja di ‘Little Bangkok’, Metro Tanah Abang, Senin (15/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tahun ini menjadi tahun terakhir era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), memungkasi 10 tahun kepresidenan yang terbagi dalam dua periode.

Jokowi berpeluang mewariskan perekonomian dengan nilai produk domestik bruto (PDB) per kapita di angka US$ 5.000 di tahun terakhir ini, di mana itu mengindikasikan kenaikan PDB per kapita sebesar 41,6% selama periode 2014-2024. Pada 2023, PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai Rp20.892,4 triliun. Sementara PDB per kapita tahun lalu tercatat sebesar US$ 4.919,7 atau Rp75 juta.

Dengan kini hasil hitung cepat mengunggulkan Prabowo Subianto-Gibran Rakubuming, yang didukung oleh petahana, sebagai pemenang pilpres, Indonesia berambisi mengerek PDB per kapita hingga US$ 11.000 agar bisa masuk ke jajaran negara maju pada 2045, seperti yang selama ini selalu digaungkan pemerintahan Jokowi. 

Akan tetapi, ambisi itu menuai keraguan dari banyak ekonom berkaca dari berbagai fakta dan data perekonomian yang sejauh ini menunjukkan ada kesalahan strategi yang serius yang menyulitkan target itu tercapai.

Kelas menengah terlupakan sehingga semakin menjauhkan mimpi RI menjadi negara maju (Dok. White Paper LPEM FEB UI)

Dalam kajian yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) beberapa waktu lalu, kesimpulan para ekonomi adalah, fokus pembangunan dalam beberapa tahun terakhir di bawah pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, justru semakin menjatuhkan Indonesia dalam jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.