Logo Bloomberg Technoz

Bansos Tidak Cukup, Indonesia Butuh Lapangan Kerja Lebih Banyak

Ruisa Khoiriyah
30 January 2024 13:55

Pedagang merapihkan tumpukan karung beras di Jakarta, Selasa (29/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang merapihkan tumpukan karung beras di Jakarta, Selasa (29/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Guyuran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah semakin deras jelang jadwal Pemilu dan Pilpres 2024 kurang dari dua pekan ke depan. 

Sedikitnya uang para pembayar pajak sejumlah Rp11,25 triliun dari APBN 2024 telah siap disalurkan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 18 juta keluarga di bulan ketika hajat demokrasi terbesar negeri berlangsung.

Bahkan bila menghitung keseluruhan anggaran untuk program perlindungan sosial (Perlinsos) yang termaktub dalam APBN 2024, angkanya memecah rekor tertinggi sepanjang masa sebesar Rp496,8 triliun naik 13,1% dibanding APBN 2023 dan nyaris sama dengan total pengeluaran Perlinsos saat pandemi Covid-19 senilai Rp498 triliun.

Anggaran Perlindungan Sosial pecah rekor tertinggi (Asfahan/Bloomberg Technoz)

Khusus BLT terbaru yang dicairkan dalam waktu dekat, bansos tersebut ditujukan membantu kelas penghasilan rendah agar daya beli tidak semakin terpuruk. Akan tetapi, langkah itu masih menjadi pertanyaan apakah bisa ampuh membantu mengungkit daya beli masyarakat yang sejauh ini sudah banyak tertekan dan menghantui capaian pertumbuhan ekonomi domestik.

Penyaluran yang terbatas untuk kelas low income, seperti dilangsungkan dalam berbagai jenis program bantuan dan perlindungan sosial belakangan, sejauh ini terlihat belum mampu mengangkat kinerja penjualan ritel dan mendongkrak permintaan domestik. Akhirnya, pertumbuhan ekonomi 2023 hanya 5%, melambat dibanding 2022 yang sebesar 5,31%. 

Perkembangan belanja bansos (Dok. Kemenkeu)