Logo Bloomberg Technoz

'Beternak' Dolar Masih Bisa Beri Cuan

Ruisa Khoiriyah
08 March 2023 15:34

Seorang karyawan yang mengenakan sarung tangan pelindung menghitung uang kertas dolar AS di penukaran mata uang (Dimas Ardian/Bloomberg)
Seorang karyawan yang mengenakan sarung tangan pelindung menghitung uang kertas dolar AS di penukaran mata uang (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) tak tertahankan melibas mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah, menyusul sinyalamen terbaru yang dilempar oleh Jerome Powell, Chairman The Federal Reserves, di hadapan Kongres AS semalam. Pairing USD/IDR makin perkasa di posisi Rp 15.447, melemparkan rupiah ke posisi terlemah sejak 12 Januari lalu. 

Bila dihitung, ketika seseorang memegang dolar AS sejak setahun lalu ketika harga the greenback masih di kisaran Rp 14.200-an dan melepasnya sekarang, ia sudah mengantongi untung setidaknya 8,36%. Sepanjang tahun ini, pergerakan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 15.028 per dolar AS. 

Tekanan eksternal yang berepisentrum pada arah kebijakan bunga acuan The Federal Reserves, telah membuat dana pemodal global berbalik menyerbu aset dolar AS dan melemahkan lawan-lawannya. Sampai pelaku pasar menangkap kejelasan puncak bunga acuan The Fed, volatilitas pasar masih akan tajam dan berpotensi terus menekan kekuatan aset-aset dalam rupiah. Sebaliknya pamor dolar AS sebagai safe haven akan semakin melejit.

Lantas, apakah ini menjadi waktu yang tepat untuk memulai mengoleksi dolar AS seiring dengan perkiraan masih belum pastinya ujung dari fluktuasi pasar akibat sentimen bunga The Fed?

Bagi pemodal yang tertarik menggaet cuan dari investasi the greenback, mungkin memiliki sedikit kegamangan, adakah level kurs saat ini sudah terlalu mahal atau justru masih memungkinkan untuk mengakumulasi dolar AS dan merealisasikan untung sebelum pembalikan arah terjadi di depan.