Logo Bloomberg Technoz

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) yang anjlok 25% PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang jatuh 20%, dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang ambruk 17%.

Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12.30 WIB, Nikkei 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), Topix (Jepang), Straits Times (Singapura), KLCI (Malaysia), SETI (Thailand), dan Hang Seng (Hong Kong), yang dengan kenaikan masing-masing 1,09%, 0,96%, 0,72%, 0,51%, 0,28%, 0,1%, dan 0,04%.

Sementara itu hanya beberapa yang menemani IHSG di zona merah, yaitu KOSPI (Korea Selatan), Shanghai Composite (China), dan TW Weighted Index (Taiwan) terkoreksi masing-masing 0,22%, 0,18%, dan 0,14%.

Bursa saham Asia tersengat sentimen positif dengan yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street finis di zona hijau.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,58%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite terbang dengan kenaikan masing-masing 1,41% dan 2,2%.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memberi dukungan penguatan optimisme pasar terkait peluang pivot suku bunga acuan Federal Funds Rate di 2024 ini.

Gubernur Federal Reserve Bank Atlanta Raphael Bostic menyatakan, inflasi AS sudah melandai melampaui perkiraan, dan kini sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target The Fed di 2%. 

"Kami berada di jalur menuju 2% hari ini," kata Bostic pada Senin dalam sebuah diskusi yang dimoderatori oleh Rotary Club of Atlanta

Bostic mengulangi ekspektasinya untuk dua kali pengguntingan suku bunga acuan tahun ini, dan mengatakan kepada para jurnalis setelah acara tersebut bahwa ia memperkirakan penurunan pertama akan dilakukan pada Kuartal ketiga di tahun 2024.

Pada kesempatan berbeda, Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman menyatakan, inflasi bisa turun ke target The Fed bila bunga dipertahankan di level saat ini 5,5%.

"Jika inflasi terus turun mendekati 2%, pada akhirnya akan menjadi hal yang tepat untuk memulai proses penurunan bunga untuk mencegah kebijakan jadi terlalu ketat," kata Bowman seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News, Selasa (9/1/2024).

(fad)

No more pages