Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, lonjakan harga pangan akibat dampak fenomena cuaca El Ninö yang sudah berlangsung sepanjang 2023, dikhawatirkan terus berlanjut dan akan memicu tekanan harga lebih lama, mengerek inflasi pada 2024. Belum lagi ditambah risiko krisis geopolitik yang bisa melonjakkan harga energi dunia. 

Risiko juga datang dari ketidakpastian politik seiring penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2024, terlebih bila terjadi dua putaran yakni hingga Juni nanti yang mungkin akan mendorong pelaku usaha dan investor menahan ekspansi dan cenderung waspada sampai kepastian didapatkan.

Dalam lanskap itu, bukan berarti peluang cuan 2024 kempis. Masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bagi para pencari cuan tahun ini. Berikut ini beberapa instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan berdasarkan torehan kinerja 2023 dan potensi tahun ini:

Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pertumbuhan 6,16% sepanjang 2023, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,09%. Kinerja IHSG 2023 menjadi yang terbaik kedua di Asia Tenggara setelah bursa saham Vietnam.

Meski rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2023 anjlok 27% dibanding tahun sebelumnya, bebera. a saham masih berhasil mencatat kinerja pertumbuhan harga yang mengesankan. Di daftar saham LQ45, sebagai contoh, ada beberapa saham yang berhasil mencetak kenaikan harga cukup tinggi.

Dua emiten saham miliki taipan Prajogo Pangestu, TPIA dan BRPT masing-masing melesat 104,78% dan 76,53%. Sementara di sektor perbankan, ada BRIS, BMRI juga BBRI dan BBNI yang mencetak kinerja terbaik. 

Baca juga: Saham LQ45 Ini Tuai Cuan di 2023, Ada Dua Saham Prajogo Pangestu

Tahun 2024 bisa menjadi turning point bagi IHSG dengan sentimen pivot The Fed, yang diperkirakan akan memicu kembalinya arus masuk modal asing ke pasar domestik. Dengan catatan, Pemilu dan Pilpres berlangsung damai dan bisa memberikan kepastian. Selama 2023, modal asing masih mencatat posisi jual bersih Rp10,74 triliun. 

Bursa Efek Indonesia menargetkan rata-rata transaksi harian tahun depan akan naik jadi Rp12,25 triliun didukung oleh pembaruan sistem perdagangan. Selain itu di pipeline sudah ada 30 rencana Initial Public Offering (IPO) setelah pada 2023 ada 79 IPO senilai total Rp54,1 triliun. Beberapa analis bahkan optimistis IHSG tahun 2024 berpeluang naik tinggi hingga ke kisaran 8.100 di akhir tahun ini, menurut perkiraan Mirae Asset.

Obligasi

Pasar obligasi diprediksi masih akan semringah pada 2024 terlebih bila pivot The Fed berlangsung sesuai ekspektasi pasar. Selain itu, banyaknya obligasi lokal yang jatuh tempo pada 2024 akan memicu banyak aksi emisi obligasi korporasi untuk kebutuhan refinancing dan belanja modal (capital expenditure/capex).

Pada 2023, terdapat 107 emisi obligasi korporasi dari 57 emiten dengan nilai total Rp117,8 triliun. Penerbitan obligasi korporasi RI akan meningkat pada 2024 didukung kebutuhan refinancing dan belanja modal dari sektor pulp and paper, telekomunikasi dan sektor hilirisasi mineral, disebutkan oleh Fitch Ratings dalam publikasi 27 Desember.

Sementara untuk Surat Berharga Negara (SBN) yang mencatat emisi sekitar Rp350 triliun pada 2023, termasuk SBN ritel, diprediksi masih menarik ketika periode pemangkasan bunga acuan pada semester II-2024. 

Indeks harga obligasi ICBI naik 8,53% sepanjang 2023. Sementara Infovesta Government Bond Index mencatat kenaikan 4,84% selama 2023 dan Infovesta Corporate Bond Index naik 3,61%.

SBN Ritel

Selama 2023, pemerintah menerbitkan sekitar Rp150 triliun yang terbagi atas beberapa seri yaitu saving bond ritel seri SBR012, lalu dua sukuk ritel seri SR018 dan SR019, kemudian sukuk tabungan dalam dua seri ST010 dan ST011, juga dua seri obligasi ritel ORI023 dan ORI024, selain ada juga sukuk wakaf ritel CWLS. 

Tahun ini, pemerintah kemungkinan juga masih akan menerbitkan beberapa seri SBN ritel dengan seri-seri yang tidak jauh berbeda. Dengan target pembiayaan APBN 2024 sebesar Rp666,4 triliun, naik dari tahun ini yang di kisaran Rp350-an triliun, penggalangan dana melalui emisi SBN ritel diprediksi di kisaran Rp140 triliun-Rp160 triliun.

Mengacu pada imbal hasil SBN ritel, tingkat imbalan tertinggi yang diberikan adalah oleh sukuk tabungan seri ST011 yang memberikan kupon 6,5% per tahun untuk tenor 5 tahun. 

Dengan prospek penurunan bunga acuan BI rate sekitar semester II-2024, ada potensi imbalan SBN ritel pada 2024 akan lebih rendah. Namun, dengan peluang bunga acuan akan terus menurun pada tahun-tahun mendatang, boleh jadi tawaran kupon SBN masih cukup menarik.

Emas

Harga emas dunia mencatat kenaiakn 13,1% selama 2023, yang menjadi kenaikan pertama dalam tiga tahun terakhir. Sepanjang 2-23, harga emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa hingga dua kali yaitu pada 1 Desember dan 27 Desember lalu.

Bila The Fed menempuh penurunan bunga acuan sesuai prediksi pasar, harga emas bisa semakin melesat. "Kami memperkirakan harga emas akan lebih tinggi lagi dalam 12 bulan ke depan. Pelemahan data ekonomi dan penurunan inflasi akan membuat The Fed menurunkan suku bunga sehingga menopang harga emas,” kata Giovanni Staunovo, Analis UBS, dalam risetnya.

Harga emas dunia yang terus melejit bisa turut mengungkit emas dalam negeri. Sejauh ini, emas produksi PT Aneka Tambang Tbk, mencatat kenaikan sedikitnya 12% sepanjang 2023 dan berpeluang melanjutkan kenaikan lebih besar tahun ini.

Reksa Dana

Kinerja reksa dana memburuk tahun 2023. Capaian rata-rata return produk reksa dana di pasar yang terefleksi dari indeksnya tidak berhasil melampaui pertumbuhan indeks yang menjadi acuan.

Reksa dana saham, misalnya, bahkan mencatat pertumbuhan negatif -5,21% di kala IHSG berhasil mencetak return positif di atas 6%. Reksa dana campuran juga hanya mampu tumbuh 0,68% tahun lalu saat indeks harga obligasi mampu tumbuh di atas 4% dan saham tumbuh di atas 6%.

Hanya reksa dana pendapatan tetap yang mencetak return cukup baik dengan pertumbuhan di atas 4%. Infovesta Fixed Income Fund Index naik 4,45%, masih di bawah pertumbuhan indeks harga obligasi pemerintah akan tetapi melampaui kenaikan indeks harga obligasi korporasi. 

Dengan potensi penurunan bunga The Fed yang mungkin akan diikuti penurunan bunga acuan BI rate, ada peluang kinerja reksa dana pendapatan tetap akan berlanjut tahun ini. 

Kripto

Tahun 2023 menjadi titik balik bagi aset kripto. Bitcoin berhasil mencatat kenaikan lebih dari 160% sepanjang 2023, naik dari kisaran US$16.600 hingga menyentuh US$44.500.

Kejatuhan koin kripto besar seperti Luna, TerraUSD, dan FTX, serta kegagalan bank kripto seperti Silvergate dan Signature Bank, sempat menghantui pasar aset kripto pada 2023.

Namun, pada 2024, Bitcoin Halving dan antisipasi keputusan terkait ETF Bitcoin Spot oleh para pelaku pasar aset kripto, ada potensi Bitcoin melanjutkan momentum bullish pada 2024 hingga 2025.

Bitcoin Halving 2024 hanya terjadi sekitar 4 tahun sekali yaitu dengan imbalan (Reward) mining satu blok Bitcoin akan dibagi dua setiap 210.000 blok hingga mencapai batas maksimum 21 juta.

*Sanggahan:

Penyebutan nama produk investasi tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi investasi. Segala risiko yg menyertai keputusan investasi setelah membaca artikel di atas, berada di luar tanggung jawab Bloomberg Technoz.

(rui/aji)

No more pages