Logo Bloomberg Technoz

Prospek Investasi 2024: Saham, Obligasi, Emas, Hingga Kripto

Ruisa Khoiriyah
02 January 2024 13:40

Ilustrasi uang Rupiah. (Photo By wirestock via Envato)
Ilustrasi uang Rupiah. (Photo By wirestock via Envato)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tahun baru, harapan baru. Setelah melewati 2023 yang dibayangi risiko resesi negara maju, para pemodal memasuki 2024 dengan harapan lebih cerah terungkit ekspektasi dimulainya pelonggaran moneter melalui penurunan bunga.

Penurunan bunga Federal Reserve (The Fed), otoritas moneter Amerika Serikat (AS) paling berpengaruh di dunia, yang diperkirakan akan dimulai pada Maret 2024 nanti akan menjadi momentum yang sangat ditunggu-tunggu setelah serial kenaikan bunga paling agresif digelar dalam 15 bulan sejak 2022. 

Bunga yang lebih rendah adalah kabar baik bagi semua investor. Bagi investor saham, bunga yang rendah akan memberi peluang bagi korporasi untuk berekspansi lebih giat dengan biaya lebih murah sehingga potensi keuntungan juga bisa lebih besar.

Sementara bagi investor surat utang, bunga rendah akan mengerek harga obligasi lebih tinggi sehingga potensi capital gain juga membesar. Bahkan bagi penyuka instrumen investasi tanpa yield seperti emas, bunga acuan yang rendah akan mengerek harga komoditas logam mulia lebih tinggi lagi seiring turunnya pamor dolar AS.

Namun, di balik optimisme dari penurunan bunga global, masih tersisa beberapa risiko yang bisa menahan situasi bunga tinggi lebih lama alias higher for longer. Situasi pemulihan ekonomi negeri raksasa China yang sejauh ini terlihat masih terseok, akan mempengaruhi prospek permintaan ekspor yang sepanjang 2023 sudah terperposok pasca berakhirnya bonanza komoditas dunia.