Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga tembaga naik pada perdagangan hari ini. Penutupan tambang di Panama dan harapan akan stimulus di China berhasil mendongkrak harga tembaga.
Pada Kamis (30/11/2023) pukul 09:29 WIB, harga tembaga acuan kontrak 4 bulan di London Metal Exchange berada di US$ 8.462/ton. Naik 0,6% dibandingkan hari sebelumnya.
Kini harga tembaga bersiap untuk mencatat kenaikan bulanan untuk kali pertama dalam 4 bulan. Sejauh ini, harga tembaga naik 4,2% sepanjang November.
Setidaknya ada 2 faktor yang mengerek harga tembaga. Pertama adalah keputusan pemerintah Panama yang memerintahkan tambang First Quantum untuk ditutup. Sebab, Mahkamah Konstitusi berketetapan bahwa kontrak perusahaan asal Kanada itu inkonstitusional.
Kedua, Biro Statistik Nasional China (NBS) mengumumkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index pada November sebesar 49,4. Turun dibandingkan Oktober yaitu 49,5.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Skor di bawah 50 menunjukkan aktivitas sedang mengalami kontraksi, bukan ekspansi.
Perkembangan ini membuat pasar berekspektasi bahwa pemerintahan Presiden Xi Jinping akan menggelontorkan stimulus untuk merangsang ekonomi yang lesu. Jika stimulus itu berhasil, maka ada harapan permintaan logam akan meningkat, termasuk tembaga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), tembaga memang sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 58,9. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang di posisi bullish.
Akan tetapi, harga tembaga sudah menembus Moving Average (MA) 200 yang merupakan resisten terjauh atau target paling optimistis. Oleh karena itu, ada kemungkinan harga akan mengalami konsolidasi.
Target support terdekat adalah US$ 8.425/ton. Jika tertembus, maka US$ 8.370/ton bisa menjadi support selanjutnya.
Sementara target resisten selanjutnya adalah US$ 8.484/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga tembaga naik sampai US$ 8.579/ton.
(aji)