Logo Bloomberg Technoz

Pertama, revitalisasi reaktor Siwabessy di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Habibie Soekarno di Serpong, Banten. Reaktor tersebut, kata Tri, akan dikembangkan menjadi pusat produksi radioisotop/radiofarmaka yang selama ini masih banyak diimpor.

“Dengan memanfaatkan reaktor Siwabessy, kami perkirakan Indonesia bahkan bisa menjadi eksportir isotop,” kata Tri, tanpa mengelaborasi berapa volume radioisotop yang berpotensi dihasilkan dari reaktor tersebut setelah direvitalisasi. 

Uranium./dok. Bloomberg


Kedua, revitalisasi reaktor Kartini di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) Baiquni, DI Yogyakarta yang berusia cukup tua. Reaktor tersebut ditargetkan dapat memproduksi radioisotop untuk keperluan pendidikan, bukan untuk memenuhi kebutuhan industri secara penuh.

Ketiga, pengkajian reaktor tertua TRIGA di KKB Tamansari, Bandung. Lantaran sudah berusia lebih dari 60 tahun, reaktor tersebut masih dalam proses pengkajian apakah masih layak direvitalisasi atau harus dipensiunkan atau decommissioning.

Keempat, pengembangan PLTN eksperimental yang terfokus untuk modular kecil atau small modular reactor (SMR). “Sedang dikaji apakah akan pakai teknologi PLTN generasi ketiga PWR atau generasi keempat HTGR/MSR,” kata Tri.

Nuklir Berbasis Akselerator

Di sisi lain, pengembangan nuklir berbasis akselerator difokuskan pada pembuatan siklotron berkapasitas 13 MeV di KSE Baiquni untuk keperluan pendidikan.

“Pada saat yang sama, kami juga memulai pembangunan akselerator berkapasitas 30 MeV di KST Habibie, Serpong untuk produksi radioisotop. Lalu juga pembangunan fasilitas industri dan medis berbasis akselerator di Pasar Jumat,” kata Tri.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan akan memulai operasi komersial pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada 2032, lebih cepat dari target awal pada 2039.

"Pengembangan tenaga nuklir direncanakan menjadi komersial pada 2032 [dengan kapasitas 500 MW]. Lalu, kapasitasnya akan ditingkatkan hingga 9 gigawatt (GW) pada 2060," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Dirjen Gatrik) Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu dalam rapat dengar pendapat bersama DPR di Kompleks Parlemen, Rabu (15/11/2023).

Jisman mengatakan rencana tersebut disusun, menyusul perkiraan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia yang akan terus meningkat sebesar 3,6%—4,2% pada 2024 hingga 2060, yang tertuang dalam rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN).

Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut rencana lokasi utama untuk membangun PLTN perdana itu di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, yang juga bakal menggunakan bahan baku radioaktif thorium.

Namun, Menteri ESDM  Arifin Tasrif tidak menampik rencana tersebut masih terbentur beberapa regulasi, serta keberterimaan masyarakat.

Menurutnya, hingga kini masih banyak kalangan masyarakat yang minim edukasi soal pemanfaatan energi nuklir dan memandang bahan radioaktif sebagai sesuatu yang berbahaya sehingga menimbulkan kekhawatiran.

"Sekarang ini, PLTN memang salah satu energi baru yang selama ini masyarakat masih khawatir pemanfaatannya. [...] Kita harus buat kebijakan lagi terkait dengan mekanisme pemanfaatan energi listrik dari nuklir ini," ujarnya belum lama ini.

(wdh)

No more pages