Logo Bloomberg Technoz

Tingkat bunga deposito yang ditawarkan oleh bank-bank digital tersebut jauh di atas bunga penjaminan 

Tawaran bunga tinggi bank digital bersaing dengan tingkat return simpanan berjangka di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang bisa juga melampaui 7%. Tawaran deposito BPR Puridana Arthamas di Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai contoh, memberikan bunga hingga 8% per tahun untuk penempatan deposito mulai Rp100 juta hingga Rp200 juta. Sementara untuk simpanan di atas Rp200 juta, bank rakyat itu menawarkan rate hingga 8,75% per tahun.

Tingkat bunga yang ditawarkan baik oleh bank digital maupun bank rakyat tersebut jauh di atas bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS rate untuk simpanan di bank umum, termasuk bank digital, adalah 4,25% yang berlaku sampai akhir bulan ini. Sementara tingkat bunga penjaminan untuk simpanan BPR maksimal di angka 6,75%.

Itu berarti apabila seorang deposan menempatkan dana mereka di simpanan yang memberikan imbalan di atas bunga penjaminan LPS, simpanan itu tidak memiliki asuransi sehingga di saat terjadi likuidasi atau permasalahan di bank tersebut, dana simpanan itu bisa hilang dan tidak bisa diganti oleh LPS.

Perlakukan Sebagai Investasi

Tawaran bunga deposito yang begitu tinggi di beberapa bank digital dan BPR melampaui batas bunga penjaminan LPS, sah-sah saja selama para deposan memahami risiko terburuknya yaitu kehilangan dana di saat ada permasalah likuiditas di bank tersebut.

Tanpa bunga penjaminan LPS, deposito berbunga tinggi akan lebih tepat diperlakukan sebagai produk investasi seperti saham, reksa dana saham maupun instrumen investasi lain di pasar modal. Dengan demikian, ia tidak tepat bila digunakan sebagai pilihan menempatkan dana darurat atau dana simpanan yang akan dibutuhkan dalam jangka pendek.

Di sisi lain, produk investasi pendapatan tetap seperti sukuk ritel atau obligasi ritel yang memberikan return lebih baik di atas counter rate deposito bank umum, namun di bawah bunga deposito bank digital dan BPR, relatif lebih rendah risikonya karena diterbitkan oleh negara.

Selama Indonesia tidak terjerumus krisis utang, risiko default atau gagal bayar obligasi termasuk di SBN ritel seperti SR019 yang tengah dibuka penawarannya, terbilang kecil. Bahkan lebih kecil risikonya dibanding investasi di deposito bank digital atau BPR.

Pemerintah membuka masa penawaran sukuk ritel SR019 mulai akhir pekan lalu sampai 20 September nanti. Sukuk ritel ditawarkan dalam dua opsi berdasarkan tenor yaitu SR019-T3 yang bertenor 3 tahun memberikan kupon tetap 5,95%, sementara SR019-T5 bertenor 5 tahun memberi imbal hasil tetap 6,1% per tahun.

Dengan perkiraan inflasi ke depan masih akan melandai, target bank sentral inflasi 2024 berada di kisaran 2,7%, tawaran kupon SR019 masih cukup menarik karena memberi peluang real interest rate antara 3,2% hingga 3,4% setahun. Angka itu bisa lebih besar lagi bila inflasi ke depan semakin melandai.

Selain itu, dengan adanya opsi penjualan ke pasar sekunder, ada peluang bagi investor mengantongi capital gain apabila melepasnya di kala harga obligasi di pasar tengah tinggi.

Pemodal bisa berinvestasi dengan modal mulai Rp1 juta sampai maksimal Rp5 miliar untuk tenor 3 tahun dan maksimal Rp10 miliar untuk tenor 5 tahun. Potensi keuntungan pendapatan kupon maksimal bisa mencapai Rp24,8 juta per bulan untuk tenor pendek, dan hingga Rp50,82 juta per bulan untuk tenor lebih panjang.

(rui/aji)

No more pages