Pernyataan pejabat teras Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) juga menjadi sentimen negatif di pasar saham. Thomas Barkin, Presiden The Fed Richmond, menyatakan kenaikan suku bunga adalah hal yang penting untuk mengendalikan inflasi.
“Pasar mempertanyakan apakah bisa The Fed mencapai tujuannya? Memperlambat laju ekonomi melalui kenaikan suku bunga dan di sisi lain menjaga agar ekonomi tidak resesi? Itu pekerjaan yang sulit,” tegas Chris Gaffney, President of World Market dari TIAA Bank.
Di tengah berbagai ketidakpastian, sejumlah analis melihat akan terjadi konsolidasi. Terutama usai pasar saham melesat hingga mendekati level jenuh beli (overbought). Katie Stockton dari Fairland Strategies mengatakan tantangan di pasar saat ini adalah sentimen bullish yang malah terlalu kuat.
Survei dari American Association of Individual Investor menunjukkan bahwa investor ritel di Wall Street berubah bullish untuk kali pertama sejak April. Selisih bull-bear naik ke 12,5 dan pekan lalu -4,7. Persentase investor ritel yang masih memiliki persepsi bearish dalam 6 bulan mendatang turun menjadi 25%, terendah sejak November 2021.
“Manusia tidak pernah berubah, sentimen selalu mengikuti harga. Dari sudut pandang kontrarian, kita harus waspada. Bahtera bullish sudah hampir penuh,” tulis Peter Boockvar, penulis di Boock Report.
(bbn)