Logo Bloomberg Technoz

Sejauh ini, China enggan melakukan paket stimulus besar untuk memulihkan ekonominya meski menghadapi risiko deflasi.

"Laju pemulihan ekspor tampak lebih lambat dari yang diharapkan. Harapan bahwa efek berantai dari pembukaan kembali China dari lockdown Covid semakin lemah, karena pemulihan China yang tersendat dan ketidakpastian sektor propertinya. Faktor-faktor ini akan menjadi hambatan bagi prospek pertumbuhan Korsel,” kata Hyosung Kwon, ekonom Bloomberg.

Angka perdagangan Korsel yang terbaru ini muncuk beberapa hari sebelum Bank of Korea (BOK) merilis penilaian formal terhadap ekonomi dan prospek pertumbuhannya. Ekonom banyak yang percaya bahwa BOL akan mempertahankan suku bunganya di 3,5% pada Kamis.

Ekspor Korsel ke AS turun 7,2% sedangkan ke Uni Eropa turun 7,1%, menunjukkan penurunan penjualan yang melampaui China. Namun, beberapa sektor menunjukkan tanda-tanda optimisme, dengan penjualan mobil meningkat 20,2% dari tahun sebelumnya. Ekspor kapal juga melonjak 54,9%.

Impor turun 27,9%, dengan neraca perdagangan mencatat defisit sebesar US$3,6 miliar untuk 20 hari pertama Agustus, menurut bea cukai.

(bbn)

No more pages