"Kalau telur perlu banyak, ayam perlu banyak, maka perlu pakan yang banyak. Itulah kenapa cadangan jagung kita naikkan jadi 1 juta ton," tambahnya.
Selain beras dan jagung, pemerintah juga merombak skema pengadaan daging. Menko Pangan menegaskan fokus pemerintah kini beralih pada pemberdayaan melalui impor sapi hidup ketimbang daging beku.
Strategi ini diambil untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mulai dari penyerapan tenaga kerja di sektor penggemukan (fattening) hingga peternak rumput. Untuk melindungi ekosistem ini, pemerintah akan memperketat keran impor daging sapi beku.
"Kalau impor sapi hidup dipermudah, maka yang beku harus diatur. Jika tidak, sapi hidup hasil peternak kita tidak akan laku. Daging beku nantinya akan dikendalikan oleh Bulog untuk menjaga stabilitas harga di pasar," tegas Zulkifli.
Di sisi lain, pemerintah menyoroti beban operasional Perum Bulog yang dinilai tidak proporsional. Saat ini, Bulog hanya mendapatkan margin sebesar Rp50 per kilogram untuk penyaluran beras, angka yang dianggap mustahil untuk menutup biaya logistik ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Zulkifli menyatakan akan segera berkoordinasi dengan BPKP untuk menghitung ulang skema margin tersebut. Tujuannya adalah mewujudkan kebijakan Beras Satu Harga di seluruh Indonesia.
"Bagaimana mungkin dengan margin Rp50 mereka kirim ke Papua atau Maluku? Jangan sampai saudara kita di daerah 3T justru membayar lebih mahal. Kita akan hitung kembali agar Bulog bisa menjalankan fungsinya tanpa terbebani kerugian logistik," pungkasnya.
(ell)






























