Penembusan di titik ini berpotensi membuat rupiah lebih perkasa lagi di kisaran Rp16.600/US$ hingga menjemput level sMA–50 nya.
Namun jikalau rupiah kembali melemah, maka target support terdekat adalah Rp16.800/US$. Penembusan di titik ini berisiko melongsorkan mata uang Ibu Pertiwi ke level Rp16.840/US$ sampai dengan Rp16.880/US$.
Dolar AS Lesu
Rupiah mendapat angin segar dari kelesuan dolar AS. Pada perdagangan dini hari tadi, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 0,35% menuju 97,942.
Melanjutkan tren laju pelemahan dari hari sebelumnya yang terdepresiasi 0,32%. Pagi ini, DXY masih terjerembab di zona merah, dengan melemah 0,05% di posisi 97,895.
Kelesuan dolar AS datang usai data terbaru menunjukkan ekonomi Amerika Serikat tumbuh dengan laju tercepat dalam dua tahun.
Seperti yang dilaporkan Bloomberg News, pertumbuhan ekonomi AS yang disesuaikan dengan inflasi melesat mencapai 4,3% secara tahunan. Lebih tinggi dari semua estimasi dalam survei Bloomberg kecuali satu, yang menyusul pertumbuhan 3,8% daripada periode sebelumnya.
Imbal hasil obligasi US Treasury tenor dua tahun, yang lebih sensitif terhadap langkah-langkah The Fed yang akan datang, tetap berada di atas 3,5%.
Presiden Donald Trump mengharapkan Gubernur The Fed pilihannya akan menurunkan suku bunga jika pasar berkinerja baik. Sinyal terbaru memperlihatkan Trump menginginkan calon yang berkomitmen untuk memangkas biaya pinjaman menjelang pengumuman pengganti Jerome Powell.
Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent mendukung gagasan untuk mempertimbangkan kembali target inflasi 2% The Fed setelah AS secara berkelanjutan menurunkan kenaikan harga kembali ke tingkat tersebut.
“Ekonomi menunjukkan skenario Goldilocks dengan pertumbuhan ekonomi AS di atas potensi, dan inflasi yang menurun tetapi tetap tinggi, serta pasar tenaga kerja yang kurang kuat,” papar Eric Teal dari Comerica Wealth Management, mengutip Bloomberg New.
“The Fed kemungkinan akan mempertahankan bias dovish, yang hanya akan semakin kuat dengan Gubernur The Fed baru tahun depan.”
(fad/aji)





























