Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers, antara lain saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) yang melonjak 34,7%, saham PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM) yang melesat 25,8%, dan saham PT Purisentul Permai Tbk (KDTN) yang melejit 25%.

Kemudian saham–saham yang melemah dalam dan menjadi top losers, di antaranya saham PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) yang anjlok 14,9%, saham PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) yang jatuh 14,8%, dan saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang ambruk 14,6%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak menapaki jalur merah, yang berseberangan dengan laju IHSG. Pada tutup dagang, KOSDAQ (Korea), KOSPI (Korea Selatan), TOPIX (Jepang), NIKKEI 225 (Tokyo), Hang Seng (Hong Kong), Shenzhen Comp (China), CSI 300 (China), TW Weighted Index (Taiwan), Shanghai Composite (China), SETI (Thailand), SENSEX (India), Straits Times (Singapura), dan PSEI (Filipina) yang terpangkas masing-masing 2,42%, 2,24%, 1,78%, 1,56%, 1,54%, 1,5%, 1,2%, 1,19%, 1,11%, 1%, 0,63%, 0,21%, dan 0,04%.

Bursa Saham Asia tersengat dengan pelemahan yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup di zona merah. Nasdaq Composite dan S&P 500 ambles mencapai 0,59% dan 0,16%. Sedangkan, Dow Jones Industrial Average melemah 0,086%.

Indeks KOSPI Korea Ambles 2% pada Selasa 16 Desember 2025 (Bloomberg)

Adapun indeks global dan regional tertekan akibat meredupnya sentimen di pasar global, yang menekan saham AS. Investor cenderung bersikap defensif pada pekan perdagangan penghujung tahun ini.

Tanda-tanda investor mulai mengurangi risiko terlihat jelas. Sikap kehati–hatian yang menguat ditandai ketahanan ekonomi, laba korporasi yang solid, serta pelonggaran kebijakan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). Kejelasan apakah narasi itu akan bertahan diestimasikan bakal muncul seiring rilis sejumlah data ekonomi penting pekan ini.

“Investor tampak ragu untuk mengambil langkah berani menjelang rangkaian data ekonomi utama yang akan dirilis,” kata Jose Torres dari Interactive Brokers, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.

Deputi Gubernur The Fed Stephen Miran berpendapat sikap kebijakan saat ini terlalu ketat. Gubernur The Fed New York John Williams menyatakan kebijakan moneter berada pada posisi yang tepat untuk tahun depan setelah pemangkasan suku bunga pekan lalu. 

Sementara itu, Gubernur The Fed Boston Susan Collins menilai keputusan suku bunga sebagai “pilihan yang sulit” karena kecemasannya terhadap inflasi yang masih tinggi.

Dari global, terdapat kegelisahan pasar terhadap kualitas data mengingat Biro Statistik Tenaga Kerja masih mengejar ketertinggalan setelah penutupan pemerintah AS (government shutdowns), menurut Ian Lyngen dari BMO Capital Markets. 

Karena itu, investor kemungkinan bersikap lebih berhati-hati dalam merespons rilis data utama pekan ini.

“Namun, mengingat minimnya informasi fundamental mengenai kinerja ekonomi riil selama periode penutupan, sinyal dari laporan payroll dan inflasi tetap akan menentukan arah pasar suku bunga AS saat memasuki mode perdagangan akhir tahun dan liburan,” terangnya, mengutip Bloomberg News.

(fad)

No more pages