Logo Bloomberg Technoz

"Nah untuk tahun depan, belanjanya kan harapannya lebih bagus di Semester I. Tapi tinggal kendala di masalah-masalah struktural tadi tuh. Sehingga demand, permintaan kreditnya [kemungkinan] bisa nambah," jelasnya. 

Terkait penambahan likuiditas hingga Rp276 triliun oleh pemerintah lewat Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), David menekankan dampak kebijakan tersebut sangat bergantung pada perputaran uang dan permintaan kredit.

Menurut dia, suntikan likuiditas tidak akan efektif jika tidak diiringi dengan peningkatan permintaan dari dunia usaha.

"Kalau nggak berputar [uangnya], ya berapapun dimasukkan [nominal likuiditasnya], berapapun ya sama aja bohong gitu. Karena demand for credit [permintaan untuk kredit] yang paling penting dan perputaran uang," tegasnya. 

David juga menyoroti peran faktor non-ekonomi seperti kepercayaan (confidence) dalam mendorong pertumbuhan. Ia menilai, psikologis pelaku usaha dan investor, termasuk persepsi investor asing, sangat menentukan efektivitas kebijakan likuiditas.

Lebih lanjut, ia menegaskan Indonesia tidak dapat mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi di kisaran 7-8% hanya dengan mengandalkan tabungan domestik. Keterbatasan tabungan nasional membuat Indonesia membutuhkan aliran dana dan investasi dari luar negeri untuk menutup kesenjangan antara tabungan dan investasi.

"Hanya mengandalkan tabungan domestik itu nggak akan cukup. Harus ada [tambahan]. Kita ada saving and investment gap. Jadi butuh dana dari likuiditas dari luar, investasi dari luar, supaya tumbuhnya bisa lebih kencang," jelasnya.

David menambahkan, pengalaman negara-negara seperti Jepang, China, dan Korea menunjukkan pertumbuhan tinggi selalu ditopang oleh investasi asing. 

"Kecuali tumbuhnya so-so kayak sekarang, 4-5% ya dengan sumber daya domestik cukup. Tapi ya penyerapan tenaga kerjanya yang lemah jadinya," tuturnya. 

Untuk diketahui, kredit perbankan pada Desember 2025 diperkirakan berada di batas bawah target Bank Indonesia (BI), yakni di kisaran 8%-9%. Bank sentral diketahui menargetkan pertumbuhan kredit di rentang 8-11% tahun ini.

Hingga Oktober 2025, BI melaporkan kredit perbankan melambat dengan pertumbuhan sebesar 7,36% secara tahunan dibandingkan September 2025 yang sebesar 7,7%. 

(lav)

No more pages