Logo Bloomberg Technoz

Suara pasar masih mencari bentuk. Citi memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan bakal menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%.

Citi memandang rupiah sudah dalam posisi yang relatif aman. Sebab, arus modal asing mulai masuk ke pasar keuangan Tanah Air.

Sepanjang pekan lalu, BI mencatat investor asing membukukan beli bersih (net buy) Rp 1,14 miliar di pasar saham. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), terjadi net buy Rp 2,85 triliun.

“BI mungkin sekarang sudah lebih tenang, karena risiko arus modal keluar (capital outflow) sudah mereda. Posisi investor asing di SBN meningkat signifikan,” sebut riset Citi.

Namun suara yang memperkirakan BI Rate bertahan di 3,75% juga masih ada. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan sembilan analis/ekonom hingga pagi ini memperkirakan BI Rate tetap bertahan di 4,75%.

"BI mungkin memilih untuk menunggu dampak dari penurunan suku bunga acuan yang mencapai 125 bps sepanjang tahun ini. BI menekankan bahwa suku bunga simpanan belum turun sebanyak yang diharapkan," sebut Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Intelligence.

Rupiah dinilai masih menjadi tantangan terbesar bagi MH Thamrin untuk melonggarkan kebijakan moneter. Sepanjang pekan lalu, rupiah masih mencatat pelemahan 0,15% terhadap dolar AS. Meski di pasar saham dan SBN investor asing membukukan net buy, tetapi di Sekuritas Rupiah BI (SRBI) terjadi net sell Rp 4,12 triliun.

Risiko investasi Indonesia pun naik. Pada Jumat (12/12/2025) premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun ada di 72,99 bps. Lebih tinggi dibandingkan seminggu sebelumnya yakni 71,28 bps.

"Rupiah melemah sekitar 0,1% sejak RDG terakhir pada November. Perbedaan imbal hasil dengan US Treasury relatif rendah sehingga membutuhkan lebih banyak intervensi untuk menstabilkan rupiah," lanjut Henderson. 

Jadi, rupiah masih terbeban risiko pelemahan. Menjadi sulit menurunkan BI Rate pada saat rupiah masih menghadapi tantangan berat.

Sambil menunggu hasil RDG BI, sepertinya investor memilih untuk tidak terlalu mengambil risiko. Sikap wait and see menjadi pilihan, sehingga aset-aset berbasis rupiah belum menjadi opsi utama. Alhasil, rupiah pun melemah.

(aji)

No more pages