Sementara dari zona merah hanya ada beberapa mata uang seperti won Korea Selatan melemah 0,25%, peso Filipina 0,15%, yen Jepang 0,05% dan dolar Hong Kong 0,05%.
Bagi rupiah, penguatan ini mengindikasikan bahwa sentimen global masih jadi faktor dominan, bahkan cenderung lebih kuat daripada indikator domestik jangka pendek. Sejalan dengan masuknya arus dana asing ke pasar obligasi dan menyebabkan turunnya yield beberapa surat utang bertenor pendek-menengah.
Beberapa di antaranya tenor 1 tahun turun 2,9 basis poin (bps) jadi 4,98%, yield 5 tahun turun 3,3 bps ke 5,63%, yield tenor 4 tahun turun 3,8 bps ke 5,57% dan tenor tiga tahun turun 5,6 bps ke 5,31%.
Penurunan yield tenor pendek-menengah ini mengindikasikan permintaan investor cukup tinggi pada obligasi berisiko lebih rendah di tengah perubahan ekspektasi global saat ini. Dan menjadi tanda bahwa pasar melihat prospek penurunan suku bunga acuan global sebagai katalis positif bagi aset utang emerging markets.
(riset/aji)































