Logo Bloomberg Technoz

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa patroli gabungan oleh pesawat pengebom strategis dan jet tempur pengawal di atas Laut Jepang, Laut China Timur, dan Samudra Pasifik bagian Barat berlangsung sekitar delapan jam.

"Pesawat dari kedua negara beroperasi secara ketat sesuai dengan ketentuan hukum internasional," kata Kemenhan Rusia, seperti dilaporkan kantor berita pemerintah Tass. "Tidak ada pelanggaran ruang udara asing yang dilakukan."

Penerbangan-penerbangan tersebut menambah ketegangan regional, yang sudah meningkat menyusul tuduhan bahwa jet tempur China mengarahkan radar pengendali tembakan mereka ke pesawat militer Jepang di tengah sengketa diplomatik yang sedang berlangsung mengenai Taiwan.

Tokyo dan Beijing berselisih setelah sebulan lalu Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengutarakan bahwa setiap operasi militer China untuk menguasai Taiwan bisa dianggap sebagai "situasi yang mengancam kelangsungan hidup" Jepang—klasifikasi yang secara hukum akan membenarkan Tokyo untuk mengerahkan militernya bersama negara-negara lain jika mereka memilih untuk merespons.

Penerbangan gabungan tersebut juga terjadi hanya beberapa hari, setelah strategi keamanan nasional Gedung Putih dirilis, yang berisi kritikan tajam terhadap sekutu tradisional AS dan menekankan isu-isu domestik dan perang budaya.

Dalam dokumen tersebut, Korea Utara tidak disebutkan, sedangkan referensi terhadap rival geopolitik Rusia dan China tampak sangat minim dibandingkan dengan strategi keamanan tahun 2017 yang diterbitkan selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.

Ketika China disebutkan, strategi tersebut secara khusus mendesak sekutu AS di Asia untuk meningkatkan anggaran militer, termasuk untuk membantu mempertahankan Taiwan.

(bbn)

No more pages