Saham AS menguat karena investor bertaruh bank sentral akan menurunkan suku bunga lebih lanjut untuk menopang pasar tenaga kerja yang melemah.
Menurut pasar swap, taruhan pemotongan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan 10 Desember melonjak menjadi lebih dari 90% dari 60% hanya sebulan sebelumnya. Para pelaku pasar juga sepenuhnya sudah memperhitungkan tiga kali pemotongan hingga September 2026.
Indeks S&P 500 kini hanya sekitar 0,5% dari puncak Oktober, dan tren musiman umumnya mengindikasikan potensi reli akhir tahun. Namun, kali ini pasar dihadapkan pada dua peristiwa berisiko, berupa laporan utama tentang lapangan kerja dan inflasi yang akan dirilis akhir Desember setelah tertunda akibat penutupan pemerintah.
Hartnett dan timnya juga memandang pemerintahan AS mungkin akan campur tangan untuk menghentikan inflasi yang melonjak dan tingkat pengangguran naik menjadi 5%.
Mereka merekomendasikan untuk bersiap menghadapi skenario tersebut dengan membeli saham mid-cap yang "murah" hingga 2026. Mereka juga melihat potensi kenaikan relatif terbaik di sektor-sektor terkait siklus ekonomi, seperti perusahaan pengembang perumahan, ritel, REIT, dan saham transportasi.
Para analis tersebut telah menegaskan kembali preferensi mereka terhadap saham internasional hingga 2025—prediksi yang terbukti tepat karena lonjakan 17% S&P 500 mengikuti reli 27% pada indeks MSCI All-Country World ex-US.
(bbn)





























