"Kelompok ini dinilai berisiko mengalami komplikasi atau ketidaksesuaian terapi sehingga butuh opsi pengobatan lain yang lebih aman,"ujar WHO dalam keterangan resmi website, Jumat (5/12).
Dalam data WHO, terdapat lebih dari satu miliar orang yang hidup dengan obesitas di seluruh dunia, dan kondisi ini berkaitan dengan 3,7 juta kematian pada 2024. WHO memproyeksikan jumlah penderita obesitas dapat berlipat ganda di 2030 jika pola intervensi tidak berubah.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan bahwa terapi farmakologi tidak boleh berdiri sendiri tanpa strategi pendukung lain. “Obesitas adalah penyakit kronis yang dapat diobati dengan pendekatan komprehensif dan seumur hidup. Terapi GLP-1 bisa membantu jutaan orang, meski obat saja tidak akan menyelesaikan seluruh krisis ini,” ujarnya.
Di tengah euforia obat baru, WHO justru mengingatkan bahwa akses global masih sangat terbatas. Diproyeksikan, pada 2030, GLP-1 hanya menjangkau kurang dari 10% orang yang sebenarnya membutuhkan manfaatnya. Karena itu, WHO menyerukan kebijakan akseleratif seperti pengadaan obat terpadu, harga berjenjang, hingga pemberian lisensi sukarela, agar terapi ini tidak hanya jadi hak segelintir, tetapi bagian dari sistem kesehatan yang berkeadilan bagi semua pasien kronis
(dec/spt)































