Logo Bloomberg Technoz

Meski jadi salah satu opsi farmakologi paling menjanjikan saat ini, WHO kembali menekankan bahwa obat saja tidak akan membalik tantangan obesitas global. 

"Kondisi ini bukan semata persoalan pribadi, melainkan juga soal lingkungan, akses, dan kesenjangan layanan kesehatan,"urainya.

Karena itu, WHO mendorong perubahan paradigma dari pendekatan individual ke strategi yang lintas sektor dan lebih menyeluruh.

Panduan ini dibangun di atas tiga pilar kebijakan. Pilar pertama, menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat lewat intervensi kebijakan populasi. 

Pilar kedua, melindungi kelompok berisiko tinggi melalui skrining terarah dan intervensi dini. Sedangkan pilar ketiga, memastikan setiap pasien bisa mendapatkan perawatan seumur hidup yang berpusat pada kebutuhan orang, bukan hanya pada penyakitnya.

Tantangan implementasi pun jadi sorotan. WHO mengakui bahwa kesiapan sistem kesehatan di banyak negara masih belum merata. Tanpa kebijakan yang matang, terapi GLP-1 justru dikhawatirkan makin memperlebar jurang akses antara mereka yang mampu dan tidak.

 Maka, WHO menyerukan negara dan pemangku kebijakan untuk mulai membenahi soal manufaktur, harga, hingga rancangan distribusi agar tidak menimbulkan ketimpangan baru.

WHO memproyeksikan bahwa pada 2030, terapi GLP-1 hanya menjangkau kurang dari 10% orang yang sebenarnya bisa merasakan manfaatnya. Bahkan dengan lonjakan produksi yang pesat sekalipun, estimasi WHO menyebut cakupannya masih di bawah 10% dari populasi yang membutuhkan di akhir dekade. Karena itu, akselerasi kebijakan dinilai sama pentingnya dengan inovasi obat itu sendiri.

Beberapa opsi solusi yang diangkat dalam pedoman mencakup pengadaan terpadu, harga berjenjang, hingga lisensi sukarela agar akses bisa diperluas. WHO mendorong kolaborasi global yang solid agar terapi ini tidak menjadi hak istimewa segelintir pihak, melainkan bagian dari perawatan kronis yang layak, terjangkau, dan setara bagi semua.

(dec/spt)

No more pages