“Kemarin kami kan diskusi dengan Kadin, dengan GPEI bahwa optimis bahwa itu akan tercapai,” ujarnya.
Budi menambahkan pemerintah telah memproyeksikan ekspor hingga lima tahun ke depan itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%. Setiap tahun target tersebut terus meningkat.
Diketahui, Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 7,09% menjadi US$315,31 miliar pada 2026. Pemerintah kembali memasang target tinggi terhadap pertumbuhan ekspor, yakni sebesar 7,89% dengan nilai US$340,2 miliar pada 2027.
Selanjutnya, ekspor Indonesia kembali ditargetkan tumbuh 8,77% dengan nilai ekspor US$370,04 miliar pada 2028, lalu naik hingga 9,64% dengan nilai US$405,69 miliar pada 2029.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$24,24 miliar, turun 2,31% dibanding periode sama tahun lalu. Penurunan terutama dipicu oleh melemahnya ekspor bahan bakar mineral (BBM) dan tembaga.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan BBM menjadi komoditas ekspor yang mengalami penurunan terbesar.
“Secara tahunan, komoditas ekspor yang mengalami penurunan terbesar itu yang pertama adalah bahan bakar mineral atau HS27, nilainya turun 19,04% dan volumenya turun 7,26%,” kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/12/2025).
(ain)






























