“Indonesia tetap menjadi pasar Asia Tenggara favorit kedua setelah Singapura,” sebut Sufianti dalam riset yang sama.
Peningkatan minat asing yang mulai terlihat sejak Oktober, apabila berlanjut, maka bakal membantu mendorong IHSG menuju level 9.000.
Sementara itu, saham perbankan tetap menjadi posisi overweight terbesar bagi investor global. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berada di posisi teratas berdasarkan total kepemilikan dari sampel 100 besar dana kelolaan terbesar.
“Saham BBRI juga menjadi pilihan favorit bagi dana emerging markets kecuali China dan dana berfokus Asia,” terangnya. Investor asing juga cenderung menyukai saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Di luar saham–saham bank, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terlihat menonjol, dengan seluruh kelompok dana menambah eksposur seiring reli harga emas yang mendorong lonjakan saham tersebut, sehingga kepemilikan asing hampir dua kali lipat sepanjang tahun berjalan. Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) juga menarik minat investor.
Dari sisi teknikal, melansir riset Phintraco Sekuritas, indikator modern menunjukkan momentum yang masih terjaga, tercermin dari histogram MACD yang bergerak stabil di area positif.
Senada dengan itu, Panin Sekuritas turut memaparkan, IHSG tengah menghadapi uji resistance 8.600-8.770. Di mana area ini harus mampu ditembus, “sehingga terbuka peluang memasuki area 9.000.”
Di sisi lain, support MA–50 dan MA–20 di kisaran 8.276-8.460 diharapkan mampu menopang trend bullish IHSG.
(fad)
































