Logo Bloomberg Technoz

Terkait ruang penurunan suku bunga acuan, Destry menambahkan, ia menilai peluang tersebut tetap ada selama inflasi berada pada level rendah.

"Kalau ditanya ruang penurunan suku bunga masih ada tidak? Kalau kita lihat inflasi masih rendah ya, data dependent pasti akan ada [penurunan suku bunga]. Pak Gubernur juga menyampaikan gitu," ungkapnya.

"Tinggal timing-nya. Kan kita harus lihat dari globalnya juga seperti apa gitu," tegasnya. 

Pemerintah dan BI seakan berlomba-lomba mengeruk dana dari pasar. Tugas utama BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk itu, BI harus menjaga agar arus modal (terutama asing) terus masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Sayangnya, yang terjadi adalah arus modal asing sedang meninggalkan Tanah Air pada tahun ini. Per 27 November, BI mencatat investor asing melakukan jual bersih (net sell) di pasar keuangan Indonesia.

Rinciannya, terjadi aksi jual bersih atau net sell Rp 26,41 triliun di pasar saham, Rp 3,3 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp 146,26 triliun di pasar SRBI.

Akibatnya, rupiah pun melemah. Sepanjang tahun ini (year-to-date), rupiah mencatat  pelemahan lebih dari 3% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah pun menjadi salah satu mata uang terlemah di Benua Kuning.

Agar rupiah bisa lebih stabil, dibutuhkan ‘darah’ segar berupa arus modal asing. Untuk itu, BI pun memutuskan untuk menambah frekuensi lelang SRBI menjadi dua kali dalam sepekan mulai 26 November.

“Dari perspektif kami, langkah menambah frekuensi lelang SRBI lebih tepat dibaca sebagai strategi menarik kembali minat investor asing.Tekanan jual asing inilah yang turut memperlemah rupiah, menjadikannya salah satu mata uang berkinerja terlemah di emerging markets,” jelas riset Mandiri Sekuritas. 

Langkah tersebut sejauh ini efektif. Arus modal asing yang masuk ke pasar SRBI pekan lalu mencapai Rp 10,27 triliun. Ini menjadi arus masuk mingguan terbesar sepanjang 2025.

Seiring arus modal asing tersebut, nilai tukar rupiah pun lebih stabil. Sepanjang pekan lalu, rupiah membukukan penguatan 0,25%.

“Langkah BI menaikkan frekuensi lelang SRBI, disertai normalisasi suku bunganya, menunjukkan bahwa fokus kebijakan adalah menjaga stabilitas nilai tukar. Ini sejalan dengan keputusan BI mempertahankan BI Rate di 4,75% selama tiga bulan berturut-turut. 

“Dalam pandangan kami, kemampuan BI menahan pelemahan dan meredam volatilitas jangka pendek rupiah akan menjadi faktor penentu dalam memulihkan kepercayaan investor asing dan membuka kembali ruang bagi arus masuk ke pasar obligasi Indonesia,” tambah riset Mandiri Sekuritas.

(lav)

No more pages