Menanggapi kritik pihak luar yang menilai pemerintah telah menghabiskan dana cadangan pemerintah, Purbaya menegaskan bahwa persepsi tersebut keliru. Sebab menurutnya, dana tersebut tidak hilang, melainkan hanya dipindahkan dari Bank Indonesia ke bank-bank BUMN dalam bentuk deposito on call (simpanan berjangka) untuk memacu penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi.
Bahkan mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS 2020-2025 ini juga menyoroti analisis salah kaprah dari publik internasional terkait kebijakan tersebut. Menurutnya, sejumlah pengamat luar negeri gagal memahami bahwa mekanisme pemindahan likuiditas tidak sama dengan penggunaan belanja negara.
"Dia bilang, itu saya yang ngabisin uang yang disimpan untuk keadaan susah sebesar Rp200 triliun. Padahal kan uangnya gak habis. Uangnya cuma yang saya pindahin aja. Jadi [kumpulan ekonom] yang canggih itu ternyata gak sepintar gue," ujarnya sembari berkelakar.
Adapun Purbaya memastikan kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan pemerintah saat ini berada pada jalur yang konsisten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Ia optimistis jika kebijakan tersebut dijalankan paralel dan sinkron, maka perekonomian Indonesia dapat tumbuh di kisaran 6% hingga 6,5%.
(ain)































