Keahlian yang dicari saat ini adalah kemampuan mengidentifikasi masalah yang tepat, menyusun instruksi (prompt) yang efektif, dan menavigasi situasi dengan input yang ambigu. Guy Diedrich, Senior VP Cisco, menambahkan bahwa seiring cepatnya inovasi AI, kemampuan manusia untuk "mengajukan pertanyaan yang tepat"—terutama terkait keputusan etis—akan menjadi jauh lebih bernilai daripada sekadar memberikan jawaban teknis.
2. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)
Kemampuan membaca situasi (read the room) dan kesadaran diri adalah wilayah yang belum bisa dijamah oleh algoritma. Alex King, pendiri ExpandIQ, menyebut bahwa kemampuan mengandalkan "firasat" (gut feeling) untuk menentukan kapan harus mengambil peran lebih atau menahan diri menjadi sangat krusial.
Hal senada diungkapkan Ruchir Puri, Chief Scientist IBM. Menurutnya, kesuksesan di era ini tidak lagi hanya bergantung pada IQ, melainkan pada kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan hubungan (relationship quotient).
"Saran saya adalah selalu-lah berempati. Posisikan diri Anda di tempat mereka," ujar Puri. Ia menekankan bahwa komunikasi yang efektif bukan hanya tentang konsep yang disampaikan, tetapi "kejelasan" dan cara penyampaian yang bisa dimengerti lawan bicara.
3. Kreativitas dan Imajinasi
Dengan AI menangani pekerjaan-pekerjaan sibuk (busy work), para pekerja kini memiliki waktu lebih untuk melakukan deep work atau pemikiran mendalam.
Jeetu Patel, Chief Product Officer Cisco, menyebut bahwa dalam pengembangan produk, imajinasi kini menjadi "satu-satunya batasan" karena kendala teknis sudah dibantu oleh AI. Ini menuntut pekerja untuk menghasilkan ide-ide segar yang berkualitas tinggi.
Terri Horton, konsultan strategi AI dari FuturePath, menyarankan pekerja untuk berpikir kreatif tentang redisain peran mereka sendiri. "Jika kita mengganti 30% tugas dengan AI, apa lagi yang bisa Anda lakukan? Bagaimana Anda bisa memanfaatkan kreativitas untuk bekerja secara kolaboratif?" jelasnya.
Bahkan, Padmanabhan dari LinkedIn mencatat tren baru di mana kandidat tanpa pengalaman teknis (coding) sekalipun bisa menonjol dalam wawancara kerja, asalkan mereka mampu memamerkan konsep kreatif atau ide brilian yang telah mereka wujudkan menjadi produk nyata.
(wep)

































