Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian ESDM Dwi Anggia menerangkan kebutuhan LPG 3 Kg diproyeksikan bakal melebar ke level 8,5 juta ton, terpaut dari kuota yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 sebesar 8,17 juta ton.
“Prognosis sampai 2025 itu ada kebutuhan 8,5 juta metrik ton. Ada penambahan, over 0,37 juta ton atau sekitar 370.000-an metrik ton,” kata Anggia kepada awak media, Selasa (25/11/2025).
Kendati demikian, Anggia memastikan, penambahan kuota LPG 3 Kg itu tidak bakal menambah beban subsidi APBN 2025. Dia beralasan harga LPG 3 Kg belakangan berada di bawah asumsi yang ditetapkan pemerintah.
“[Hal] yang pasti, ini mungkin tidak akan ada penambahan subsidi. Karena kan harganya di bawah indikator APBN,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan hasil rapat tersebut akan dilaporkan kembali ke Presiden Prabowo Subianto untuk mendapatkan persetujuan.
“Penambahan kuota, tetapi tidak ada penambahan subsidi,” tegas dia.
Di sisi lain, Anggia mengklaim rapat itu tidak membahas rencana pengetatan subsidi LPG 3 Kg melalui program LPG satu harga dan skema lainnya.
Adapun alokasi subsidi LPG dalam APBN 2025 adalah Rp87,6 triliun, lebih tinggi dari pagu tahun sebelumnya senilai Rp85,6 triliun.
Kementerian ESDM sempat memprediksi realisasi penyaluran tabung gas melon bakal melebar dari alokasi awal yang ditetapkan pemerintah. Saat itu, konsumsi LPG 3 Kg diperkirakan bakal menyentuh 8,36 juta ton.
(azr/wdh)
































