Agus bilang, sektor otomotif terlalu penting untuk diabaikan, oleh karenanya insentif untuk kendaraan roda empat menjadi sangat pentng, apalagi otomotif menjadi salah satu tulang punggung sektor manufaktur.
“Backward dan forward linkage yang paling besar itu ada di sektor otomotif. Jadi memang pemerintah itu memang sudah seharusnya juga untuk menyiapkan insentif untuk sektor otomotif untuk tahun 2026.”
Sebelumnya, ia bahkan memberikan sinyal untuk memberikan insentif yang kurang lebih sama dengan insentif yang pernah diberikan oleh pemerintah di masa Covid lalu lantaran banyak pihak yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini.
“Dan di dalamnya ada penyerapan tenaga kerja yang tinggi pula maka kita mengambil keputusan mengusulkan insentif bagi sektor ini. Hampir mirip dengan insentif otomotif pada saat Covid 19 dulu,” sebut Agus.
Sebagai informasi, di masa pandemi lalu, pemerintah sempat memberikan PPnBM Ditanggung Pemerintah sebesar 100% untuk kendaraan penumpang dengan kapasitas mesin sampai dengan 1500cc, PPnBM DTP 50%: Untuk kendaraan penumpang 4x2 dengan kapasitas mesin lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc. dan PPnBM DTP 25%: Untuk kendaraan penumpang 4x4 dengan kapasitas mesin lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
Sebagai informasi, saat ini pembeli harus merogoh kocek 15% hingga 70% dari harga jual untuk pembayaran PPnBM, terkecuali untuk mobil listrik yang tak harus membayar PPnBM.
Apabila penumpang tak harus membayar PPnBM, maka harga mobil berpotensi terdepresiasi hingga 15%–70%, tergantung segmen dan kapasitas mesinnya.
Insentif Jadi Panasea Industri Otomotif
Sebenarnya, bukan tanpa sebab pemain otomotif mengharapkan subsidi kendaraan bermotor ini. Penjualan yang kian tak menentu dan banyaknya mobil listrik murah yang kebanyakan berasal dari China mau tak mau jadi lawan yang sulit. Terlebih mobil-mobil ini tak perlu membayar PPnBM.
Walhasil, Dari Januari hingga Oktober 2025, penjualan mobil baru mencapai angka 635,844 secara wholesales atau turun sebanyak 10,6% apabila dibandingkan dengan penjualan selama Januari hingga Oktober 2025 di level 711.064 unit. Angka ini masih jauh dari target yang dipatok oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) sebesar 850 ribu unit.
Sementara itu banyak pemain di sektor otomotif berharap banyak ke pemerintah untuk menggelontorkan insentif ini. Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor menyebut bahwa Honda berharap inisiatif pemerintah berupa insentif ini bisa menjadi dorongan untuk daya beli.
“Terutama ya untuk mendorong daya beli ya, sekarang daya beli sedang menurun, kemudian juga dari sisi suplai itu, menjaga utilisasi produksi dan juga melindungi investasi industri.” kata Billie
Setali tiga uang, Bob Azam, Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia melihat bahwa insentif untuk kendaraan bermotor ini justru bisa meningkatkan pendapatan pemerintah dengan semakin tingginya daya beli masyarakat.
“Seperti pengalaman kita waktu Covid itu, pemerintah kasih insentif. Bukannya income pemerintah turun, malah naik. Karena orang yang beli lebih banyak, sehingga pajaknya juga lebih besar.” kata Bob.
Sementara pabrikan Jepang lainnya yakni PT Astra Daihatsu Motor. Daihatsu menilai guyuran insentif itu nantinya dapat mendongkrak industri otomotif yang saat ini sedang lesu. Pasalnya, menurut Agung, kondisi pasar otomotif Tanah Air saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia pun menyinggung, pencapaian penjualan di tahun 2025 ini diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kondisi market Indonesia jujur ya, pencapaian di tahun ini bahkan diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu," sebutnya.
"Artinya ini [rencana insentif] salah satu hal positif untuk kita bisa dapatkan harga yang lebih kompetitif dan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk membeli [mobil] pastinya," tambahnya.
Agung melanjutkan, secara makroekonomi, kondisi daya beli masyarakat sedang goyah karena sektor formal dan informal yang tak baik-baik saja. Hal ini menyebabkan konsumsi masyarakat menurun dan turut memberikan efek, termasuk pembelian mobil pertama.
(ell)































