Maskapai penerbangan disebut diberi kebebasan untuk menentukan penerbangan mana dan berapa banyak yang akan dikurangi.
Administrasi Penerbangan Sipil China tidak membalas pertanyaan yang meminta konfirmasi kabar ini.
Pembatalan oleh calon wisatawan telah diperpanjang hingga April 2026, menurut data dari China Trading Desk, perusahaan riset pasar spesialisasi dalam data perjalanan China.
"Apa yang awalnya merupakan kejutan akhir tahun kini merembet ke tahun depan," kata Subramania Bhatt, CEO China Trading Desk. "Hal ini menunjukkan ekspektasi sedang anjlok dan banyak wisatawan tidak lagi menganggap ini sebagai gangguan sementara."
Jumlah penerbangan dari China ke Jepang yang masih dijadwalkan untuk Desember turun lebih dari 20% dibandingkan Oktober. Bhatt memperkirakan lebih dari 50% rute akan dibatalkan hingga akhir tahun.
Menurut Bhatt, setidaknya 12 rute dari kota-kota di China, termasuk Shanghai, Guangzhou, dan Nanjing ke destinasi-destinasi populer di Jepang seperti Nagoya, Fukuoka, dan Sapporo telah dibatalkan, serta kemungkinan akan ada lebih banyak rute lagi yang dibatalkan.
China Trading Desk memperkirakan Jepang berisiko kehilangan pengeluaran wisatawan hingga US$1,2 miliar antara sekarang dan akhir 2025 akibat pembatalan perjalanan oleh turis China. Jika pembatalan terus berlanjut dengan laju ini hingga 2026, kerugian kumulatifnya bisa mencapai hingga US$9 miliar.
China Eastern Airlines merupakan maskapai penerbangan China yang paling terdampak oleh penurunan permintaan. Perusahaan mengoperasikan hampir 16.000 penerbangan per tahun ke Jepang.
Di antara perubahan yang dilakukan oleh maskapai penerbangan China, menurut data AeroRoutes, mereka menerapkan serangkaian pemotongan mingguan ad hoc, atau menurunkan kelas penerbangan dari pesawat berbadan lebar dan berkapasitas besar ke pesawat lorong tunggal yang lebih kecil.
(bbn)

































