Logo Bloomberg Technoz

Psikolog HIMPSI Samanta Elsener juga menegaskan pentingnya konektivitas orang tua dalam mencegah dampak mental serius, termasuk risiko bunuh diri. Ia menuturkan pengalamannya menangani remaja yang hendak mengakhiri hidup. “Saya tangani dengan art terapi. Karena kasusnya berat, orang tua harus dipanggil. Puji Tuhan, alhamdulillah, mereka terbuka dan mau mengubah ritme keluarga,” katanya.

Perubahan itu dimulai dari hal sederhana: membangun kembali ruang dialog. “Awalnya keluarga ini cuma bicara soal bisnis dan angka. Lalu diganti dengan obrolan tentang kesukaan anak. Anaknya suka apa? Mulai dari situ. Karena ketika ada koneksi, anak kembali merasa dilihat,” ujarnya.

Samanta mengatakan keterlibatan orang tua tidak harus panjang setiap hari, tetapi konsisten. “Idealnya 20–40 menit sehari. Tapi kalau tinggal di Jakarta lalu rumahnya di Bekasi atau Bogor, pasti berat ya. Minimal dalam waktu yang ada, kita memaksimalkan momen bersama anak,” jelasnya.

Indriyatno menegaskan bahwa pendampingan adalah kunci agar media sosial tetap menjadi alat yang memperkaya, bukan menghancurkan. “Kalau ada konektivitas, bonding, komunikasi yang kuat, media sosial bisa jadi alat edukasi yang ampuh. Tapi tanpa itu, anak-anak akan diasuh oleh algoritma, dan di situlah bahaya muncul,” katanya.

Keduanya sepakat bahwa peran orang tua tetap menjadi faktor utama dalam menjaga anak dari risiko bunuh diri, radikalisasi, hingga ekstremisme digital.

(dec)

No more pages