Perkembangan di AS menjadi sentimen negatif bagi harga minyak kedelai. Pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan penundaan pemberlakuan insentif untuk impor bahan bakar nabati. Penundaan ini bisa 1-2 tahun lamanya.
Selain itu, lemahnya permintaan juga menjadi pemberat langkah harga CPO. Permintaan dari China dan India cenderung stagnan jelang musim dingin. CPO tidak terlalu diminati saat musim dingin karena bisa membeku dalam cuaca yang tidak bersahabat.
“Sejauh ini, permintaan selama November tidak terlalu signifikan. Ini memunculkan kekhawatiran bahwa stok CPO bisa terus menumpuk,” tegas Gnanasekar Thiagarajan, Head of Trading and Hedging Strategies di Kaleesuwari Intercontinental, seperti diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Jadi bagaimana proyeksi gerak harga CPO untuk hari ini, Jumat (21/11/2025)? Apakah bisa turun lagi atau malah bangkit berdiri?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO terbenam di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 42. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Adapun indikator Stochastic RSI ada di 78. Menghuni area beli (long) yang kuat, bahkan hampir jenuh (overbought).
Untuk perdagangan hari ini, harga CPO berpeluang naik. Target resisten terdekat sepertinya ada di MYR 4.174/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka ada kemungkinan merangsek ke MYR 4.253/ton yang menjadi MA-20.
Namun kalau turun lagi, maka harga CPO rasanya akan mengetes support MYR 4.150/ton. Penembusan di titik ini berisiko memangkas harga ke kisaran MYR 4.131-4.127/ton.
(aji)






























