Logo Bloomberg Technoz

Yield 1Y terpangkas 3,6 basis poin (bps), begitu juga tenor 2Y yang turun 3,3 bps. Sedang tenor 5Y melemah 1,2 bps yang siang hari ini ada di level 5,431%.

Siang hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur bulanan pada siang hari di Jakarta.

Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan BI Rate akan ditahan di level 4,75%. Namun, ada juga ekonom yang memproyeksikan akan ada penurunan bunga acuan.

Hanya 5 dari keseluruhan total 34 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sejauh ini memprediksi BI akan pemangkasan bunga acuan sebanyak 25 basis poin hari ini ke level 4,5%.

Lima ekonom tersebut nyaris kesemuanya berasal dari institusi asing, di antaranya adalah Bank of China HK Ltd Jakarta Brn., Capital Economics Ltd., Credit Agricole CIB HK Branch, Oversea-Chinese Banking Corp Limited, dan juga PT Bank Uob Indonesia.

Sementara di kelompok yang menilai BI Rate belum perlu diturunkan lagi, salah satunya adalah, Tamara Mast Henderson dari Bloomberg Intelligence. Menurutnya, BI masih akan mengambil waktu untuk melihat bagaimana transmisi pelonggaran moneter yang sudah dilakukan.

“Suku bunga simpanan di perbankan hanya sedikit berubah sejak RDG Oktober, di mana kala itu BI menyuarakan soal transmisi kebijakan moneter. Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan bulan lalu juga meredakan kecemasan pasar perihal independensi bank sentral,” sebut Henderson dalam risetnya.

BI juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sejak RDG Oktober, rupiah melemah 0,9% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), menjadi yang terlemah di level Asia Tenggara.

Untuk menjaga stabilitas rupiah, maka arus modal keluar (capital outflow) perlu diredam. Di pasar obligasi, investor asing masih dalam posisi menjual Surat Berharga Negara (SBN).

“Perbedaan imbal hasil (yield) dengan obligasi pemerintah AS relatif rendah, sehingga butuh intervensi untuk membuat rupiah tetap stabil. Ini yang kemudian membuat cadangan devisa menurun, meski tetap di level yang memadai,” tutur Henderson.

Untuk diketahui, BI Rate sudah turun 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini. Suku bunga acuan menyentuh titik terendah sejak 2022.

Kepala Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman mengatakan, ruang pelonggaran belum bisa digunakan BI saat ini karena selisih imbal hasil (yield differential) antara obligasi Indonesia dan AS masih cukup ketat. Kondisi ini membuat BI harus menjaga daya tarik aset rupiah di tengah ketidakpastian global.

Selain itu, ia mencatat pada awal November masih terjadi arus keluar (outflow) dari pasar obligasi dan instrumen Bank Indonesia seperti SRBI. Hal ini menjadi salah satu alasan utama BI harus berhati-hati mengambil langkah sebelum melakukan penurunan suku bunga.

(fad)

No more pages