Struktur sirkulasinya semakin tertutup dengan perluasan awan konvektif yang mencakup lebih dari setengah lingkaran pusat sistem.
Menurut dia, kondisi atmosfer dan laut saat ini sangat mendukung proses penguatan bibit siklon. Suhu muka laut yang hangat, yakni 28–30°C, serta aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif, menjadi faktor yang mempercepat pertumbuhan awan hujan di sekitar sistem.
Dalam proyeksinya, bibit ini diperkirakan tumbuh menjadi siklon tropis pada Kamis dini hari di sekitar 9.1°LS 132.5°BT dengan intensitas angin yang dapat meningkat hingga 50 knot. Arah geraknya diprediksi bergerak ke timur–timur laut dalam 24–48 jam sebelum berbelok ke tenggara dalam 72 jam berikutnya.
BMKG menyebutkan potensi dampaknya mulai terasa di Indonesia timur. Hujan lebat hingga sangat lebat berisiko terjadi di wilayah Maluku, sedangkan Nusa Tenggara Timur berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat. Selain itu, gelombang tinggi 2,5–4 meter diperkirakan muncul di Laut Arafura bagian barat hingga tengah.
Gelombang sedang setinggi 1,25–2,5 meter juga diperkirakan melanda Samudra Hindia selatan NTT, Perairan selatan NTT, Laut Sawu, Perairan Kepulauan Leti–Tanimbar, dan Laut Banda. BMKG meminta nelayan dan kapal kecil menunda pelayaran bila harus melintasi kawasan tersebut.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, meminta pemerintah daerah meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan genangan, banjir pesisir, gangguan transportasi laut, hingga kerusakan infrastruktur.
“Pemantauan dilakukan 24 jam penuh. Kami mengingatkan pentingnya mengakses informasi resmi dan tidak menyebarkan informasi yang belum dapat dipertanggungjawabkan,” kata Andri.
(dec/spt)
































