Helmi menuturkan ruang pelonggaran belum bisa digunakan BI saat ini karena selisih imbal hasil (yield differential) antara obligasi Indonesia dan Amerika Serikat masih cukup ketat. Kondisi ini membuat BI harus menjaga daya tarik aset rupiah di tengah ketidakpastian global.
Selain itu, ia mencatat pada awal November masih terjadi arus keluar (outflow) dari pasar obligasi dan instrumen Bank Indonesia seperti SRBI. Hal ini menjadi salah satu alasan utama BI harus berhati-hati mengambil langkah sebelum melakukan penurunan suku bunga.
Tunggu Kepastian Global
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi BI akan menahan BI Rate di 4,75% pada RDG besok. Menurutnya, kondisi global masih dipenuhi ketidakpastian sehingga BI cenderung berhati-hati agar stabilitas tetap terjaga.
"BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakan, BI-rate, tetap di level 4,75% pada RDG November 2025, mempertimbangkan ketidakpastian global yang masih tinggi yang terus memperkuat lingkungan risiko yang tinggi," jelas Josua secara terpisah kepada Bloomberg Technoz.
Ia melihat ruang pemangkasan suku bunga di Desember 2025 tetap terbuka sebesar 25 bps, namun sangat bergantung pada empat indikator yakni Inflasi domestik , Stabilitas rupiah , Arus portofolio asing hingga Sikap kebijakan The Fed terkait arah Fed Fund Rate (FFR).
Sementara untuk tahun 2026, Josua memperkirakan ruang pelonggaran akan lebih terbatas, sekitar 50 bps sepanjang tahun. Menurutnya, kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal, sehingga BI tetap harus menjaga kehati-hatian.
"Di sisi eksternal, dampak inflasi dari tarif terkait perang dagang terhadap ekonomi AS belum sepenuhnya terealisasi, menunjukkan bahwa The Fed tidak mungkin mengejar siklus pelonggaran agresif," jelasnya.
"Untuk mempertahankan selisih suku bunga positif, ruang gerak BI untuk memangkas suku bunga akan terbatas, terutama setelah pelonggaran agresif yang dilakukan tahun ini dibandingkan dengan The Fed," tekannya.
Adapun berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 32 analis/ekonom hingga Selasa (18/11/2025) pagi, median proyeksi BI Rate ada di 4,75%. Artinya kemungkinan BI Rate akan ditahan, tidak ke mana-mana.
Salah satu yang memperkirakan BI akan mengambil posisi hold adalah Tamara Mast Henderson dari Bloomberg Intelligence. Menurutnya, BI masih akan mengambil waktu untuk melihat bagaimana transmisi pelonggaran moneter yang sudah dilakukan.
Sebagai informasi, BI Rate sudah turun 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini. Suku bunga acuan menyentuh titik terendah sejak 2022.
“Suku bunga simpanan di perbankan hanya sedikit berubah sejak RDG Oktober, di mana kala itu BI menyuarakan soal transmisi kebijakan moneter. Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan bulan lalu juga meredakan kecemasan pasar perihal independensi bank sentral,” sebut Henderson dalam risetnya.
(prc/frg)






























