Secara terperinci, pelanggan PGAS terdiri atas; 3.351 industri dan komersial, 2.908 pelanggan kecil, dan 818.546 rumah tangga. Arief menyatakan PGAS menguasai sekitar 91% pangsa pasar gas bumi di Tanah Air.
Arief juga mengatakan PGAS memiliki sejumlah infrastruktur gas, berupa 3 terminal regasifikasi LNG; 2 terapung dan 1 tapak tanah.
“Infrastruktur ini memastikan kebutuhan gas untuk industri dan juga pembangkit listrik dapat tetap terpenuhi sehingga pertumbuhan ekonomi nasional tidak mengalami gangguan,” ucap dia.
Kargo Tambahan
Dalam kesempatan itu, Arief mengatakan kebutuhan LNG perseroan untuk 2026 mencapai 14 kargo. Akan tetapi, hingga kini PGAS baru mengamankan 14 kargo LNG sehingga masih terdapat 5 kargo tambahan yang dibutuhkan.
“Pada 2026 nanti, secara total PGN membutuhkan 19 kargo LNG dan saat ini kita sudah dapat mengamankan 14 kargo LNG dan 5 kargo selanjutnya dalam proses pembahasan bersama dengan Kementerian ESDM dan juga SKK Migas,” ujar Arief.
Arief berharap PGAS bisa mendapatkan dukungan dari Kementerian ESDM hingga SKK Migas untuk memperoleh kargo tambahan tersebut.
“Dan yang kedua adalah dari sisi harga yang dapat diserap oleh para pelanggan kami, yaitu harga yang kompetitif, sehingga PGN dapat mensupport secara sepenuhnya terkait dengan kebutuhan-kebutuhan gas bumi yang diperlukan oleh seluruh industri yang ada di Indonesia,” ungkap Arief.
Sebagai informasi, pada semester I-2025, volume niaga gas PGN mencapai 832 billion british thermal units per day (BBtud), turun 1,1% yoy akibat penurunan pasokan pipa dan permintaan pelanggan. Untuk menjaga keandalan, perseroan meningkatkan porsi LNG dalam bauran pasokan menjadi 10%.
Dari sisi pelanggan, penyerapan terbesar berasal dari pembangkit listrik 27%, industri kimia 18%, keramik 10%, makanan 9%, besi 6%, dan kaca 5%.
Sementara itu, volume transportasi gas mencapai 1.627 MMSFD atau naik 10% yoy, didorong kenaikan aliran di ruas pipa Muara Karang—Muara Tawar dan peningkatan serapan PLN. Volume regasifikasi, termasuk Terminal Usage Agreement, naik 24% menjadi 246 BBtud.
Segmen transportasi minyak juga naik 15% yoy, sementara lifting migas PGN turun akibat natural decline dan belum adanya sumur baru di Blok Pangkah.
(azr/wdh)
































