Airlangga menjelaskan hingga saat ini masih belum terdapat kontrak jual–beli migas yang diteken Indonesia dengan AS.
Akan tetapi, dia tetap menargetkan realisasi pembelian sejumlah komoditas migas tersebut dilakukan pada sisa tahun ini.
"Belum, pembahasan [tarif resiprokal] belum selesai,” kata Airlangga.
Di sisi lain, pemerintah turut menyiapkan sejumlah regulasi untuk mengatur impor migas PT Pertamina (Persero) dari Amerika Serikat (AS) tanpa melewati proses lelang atau bidding.
Impor migas tanpa lelang itu bakal dilakukan Pertamina sebagai bagian dari kesepakatan tarif dagang dengan pemerintah AS. Skema tanpa lelang itu bakal menyasar pada transaksi antara Pertamina dengan perusahaan AS.
“Jadi bagian dari tarif resiprokal, kita masih dalam negosiasi apabila itu sampai kepada kesepakatan untuk ditindaklanjuti ada turunan-turunan PP maupun Perpres,” kata Airlangga.
Sebelumnya, Pertamina telah meneken tiga nota kesepahaman business to business (B2B) di bidang pengadaan feedstock minyak dan kilang melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), masing-masing dengan ExxonMobil Corp., KDT Global Resource LLC., serta Chevron Corp.
Lotte Ajukan Impor
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan LCI sudah mengajukan impor LPG sebesar 1,2 juta ton untuk digunakan sebagai bahan baku pengolahan petrokimia.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan pasokan LPG untuk pabrik petrokimia tersebut akan berasal dari luar negeri, sehingga tak akan memengaruhi pasokan LPG di Tanah Air.
“Enggak, dia kan dia diimpor. Saat ini masih impor. Belum ada yang dalam negeri,” kata Laode kepada awak media, di Kementerian ESDM, Jumat (7/11/2025).
Laode juga memastikan pasokan LPG untuk pabrik petrokimia tersebut belum direncanakan akan memanfaatkan gasifikasi batu bara menjadi dimetyl ether (DME), yang rencananya akan mulai dibangun pada tahun depan.
“Kita saat ini bicaranya yang tahap awal dulu ya. Lotte sekarang sedang memesan impor untuk LPG,” tegas dia.
Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik petrokimia new ethylene project milik LCI di Cilegon, Banten, Kamis (6/11/2025).
Pabrik tersebut diklaim dapat menekan impor migas mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp23,42 triliun (asumsi kurs Rp16.729).
Pabrik petrokimia itu dapat menghasilkan produk hilirisasi migas senilai US$2 miliar per tahun atau sekitar Rp33,46 triliun.
Dari besaran tersebut, US$1,4 miliar diantaranya atau sekitar Rp23,42 triliun merupakan substitusi impor dan US$600 juta atau sekitar Rp10,04 triliun berkontribusi pada peningkatan ekspor Indonesia.
Proyek besutan perusahaan asal Korea Selatan tersebut memiliki nilai investasi US$3,9 miliar atau sekitar Rp62,4 triliun.
Pabrik tersebut mampu mengolah bahan baku naphta sebesar 3.200 kiloton per tahun (KTA), disertai tambahan LPG sebesar 0%—50% sebagai bahan pendukung.
(mef/naw)




























