Barulah pada tahun Desember 2014, PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan perolehan dana segar mencapai Rp570 miliar.
Mengutip laman perusahaan, Haryanto Tjiptodihardjo pernah menjabat sebagai Divisi Penjualan di PT Abadi Adimulia (1988–1996), Direktur Utama PT Kreasi Dasatama (1988–1996), Direktur di PT Impack Pratama Industri (1988–1997), dan Komisaris di PT Impack Pratama Industri (1986–1988), perjalanan karirnya terus berlanjut, menjadi Komisaris PT Unipack Plasindo (1999–2021), serta Komisaris Utama PT Kreasi Dasatama (1996–2021).
Haryanto Tjiptodihardjo amat dikenal sebagai Presiden Direktur PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC), sebuah perusahaan distributor dan produsen bahan bangunan berbasis plastik.
Sampai dengan saat ini, PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) sudah memiliki 15 entitas anak usaha dan 4 entitas cucu usaha yang masing–masing berbisnis di berbagai bidang usaha baik industri bahan bangunan plastik, distribusi, penunjang kegiatan industri plastik maupun bidang usaha lainnya seperti properti dan industri bahan perekat/lem.
Selain itu, IMPC juga memiliki dua perusahaan lain yang bermarkas di luar negeri, Malaysia dan New Zealand, melalui Impack International Pte. Ltd, dengan bidang usaha distributor dan manufaktur plastik.
IMPC berkesinambungan melancarkan strategi pemasaran yang agresif, dalam maupun luar negeri, dengan gencar melangsungkan ekspansi ke Australia dan Selandia Baru melalui akuisisi Mulford Plastics, atau Mulford Holdings.
Haryanto Tjiptodihardjo menggenggam 85% saham perusahaan, baik secara langsung maupun melalui entitas investasi PT Harimas Tunggal Perkasa, PT Tunggal Jaya Investama, serta bersama putranya, Phillip Tjipto.
Berdasarkan data KSEI, PT Harimas Tunggal Perkasa memiliki 41,23% saham, disusul PT Tunggal Jaya Investama yang menguasai 39,11% saham. Sementara itu, porsi kepemilikan publik tercatat mencapai 19,67%.
Adapun, pemilik manfaat final dari dua entitas pengendali tersebut adalah Haryanto Tjiptodihardjo. Di luar kepemilikan melalui perusahaan, Haryanto tercatat atas namanya langsung sebesar 1,14% dari total saham beredar, bersamaan dengan putranya, Phillip Tjipto menggenggam 0,29% saham.
Bermula dari listing pada tahun 2014 dan berbagai aksi korporasi, saham IMPC terus melesat hingga menorehkan prestasi dengan harga saham paling melejit di Bursa Efek Indonesia mencapai 8.178,95% point–to–point. Sepanjang tahun 2025 ini saja saham IMPC berhasil menguat signifikan hingga 672,97% year–to–date/ ytd.
Penyebab Harga Saham Melesat
Mencermati lebih jauh, melesatnya harga saham IMPC amat berpengaruh. Kenaikan harga saham IMPC membuat Haryanto Tjiptodihardjo bertengger di deretan orang terkaya dunia urutan 443, dan orang terkaya di Indonesia urutan 10.
Sebagian besar kekayaan Haryanto Tjiptodihardjo berasal dari kepemilikannya di saham IMPC.
Kekayaannya berhasil menyentuh US$ 8,2 miliar (Rp 137,18 triliun) menempatkan Haryanto Tjiptodihardjo di urutan 443 orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires (Rich) Index per 12 November 2025.
Adapun sepanjang tahun berjalan 2025 ini, harta Haryanto Tjiptodihardjo mencatat pertumbuhan mencapai US$ 7,1 miliar (Rp 118,77 triliun) atau bertambah 627% menjadi US$ 8,2 miliar.
Kenaikan harga saham didorong oleh fundamental perusahaan yang solid, seiring pendapatan dan laba yang terus bertumbuh PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC), kesehatan arus kas yang baik, dan manajemen yang berpengalaman.
Pada Kuartal III-2025, IMPC berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih mencapai 15,5% year–on–year menjadi Rp465 miliar dari sebelumnya Rp403 miliar pada periode yang sama pada tahun 2024.
Kenaikan laba tersebut turut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bersih yang mencapai Rp3 triliun, tumbuh 9% dibanding periode Januari–September 2024 yang sebesar Rp2,8 triliun.
Ditambahlagi, pada September lalu, IMPC juga berhasil menyelesaikan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau Private Placement mencapai Rp486 miliar.
Adapun hasil Private Placement tersebut bakal digunakan untuk Capital Expenditure alias belanja modal dan modal kerja serta pelunasan utang bank, guna ekspansi usaha ke depan.
Selain itu, IMPC juga senantiasa menilik berbagai peluang akuisisi, baik dalam maupun luar negeri. Melansir laporan keuangan perusahaan, IMPC memiliki posisi keuangan yang amat solid, didukung oleh arus kas yang positif, kemampuan menghasilkan EBITDA yang konsisten, serta ketersediaan fasilitas pinjaman bank yang memadai.
(fad/aji)






























