Bahlil menyebut jika seluruh tambang Freeport tidak beroperasi, dampaknya terhadap pendapatan negara, pendapatan daerah, karyawan setempat, hingga kontinuitas smelter perseroan akan signifikan.
“Sekarang tim kita masih di sana, makanya saya belum berani untuk ngomong secara menyeluruh karena timnya kita belum kasih laporan,” kata Bahlil di Kementerian ESDM.
Dia juga menyatakan kementeriannya masih melakukan investigasi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC).
Bahlil juga tak menetapkan tenggat pemeriksaan tambang tersebut. Hal yang terpenting, menurutnya, Kementerian ESDM dan pihak terkait bisa memastikan kejadian longsor serupa tak terjadi kembali.
Untuk diketahui, PTFI ingin membuka kembali kegiatan operasi di area Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ), bagian dari Grasberg yang tidak terdampak longsoran lumpur.
Kementerian ESDM sebelumnya membuka peluang untuk memberikan izin operasional terbatas tersebut lantaran tak terdapat permasalahan yang terjadi di dua tambang bawah tanah milik Freeport tersebut.
Adapun, PTFI hingga kini masih belum melaporkan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026, padahal tenggatnya akan jatuh pada 15 November 2025.
Saat ini, perseroan masih harus mengonsultasikan dampak dari kejadian longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terlebih dahulu.
VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati menjelaskan perusahaan akan melakukan penyesuaian RKAB periode 2026 usai terjadinya longsor di tambang bawah tanah tersebut. Penyesuaian tersebut akan dilaporkan dan didiskusikan dengan Kementerian ESDM terlebih dahulu.
“Sesuai dengan regulasi yang berlaku saat ini dan juga dampak dari kejadian di Grasberg Block Cave, PTFI akan melakukan penyesuaian, di mana penyesuaian tersebut akan kami sampaikan dan diskusikan dahulu dengan pemerintah,” kata Katri ketika dimintai konfirmasi Bloomberg Technoz, Senin (10/11/2025).
Freeport sendiri sebelumnya menangguhkan operasi tambang emas dan tembaga Grasberg sejak insiden longsor di Grasberg Block Cave pada awal September. Operasional tambang bawah tanah GBC diperkirakan baru dapat pulih sepenuhnya pada 2027.
Dalam keterangan resminya, Freeport-McMoRan Inc. menyebut insiden longsoran lumpur bijih telah merusak sejumlah infrastruktur pendukung produksi di area GBC.
Akibatnya, PTFI terpaksa menunda kegiatan produksi dalam jangka pendek pada kuartal IV-2025 hingga sepanjang 2026 di area tambang tersebut.
Adapun, badan bijih GBC mewakili 50% dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Saat ini, PTFI memperkirakan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV-2025, sementara pengembalian operasi bertahap tambang GBC dijadwalkan pada paruh pertama 2026.
Konsekuensinya, penjualan tembaga dan emas PTFI bakal terbatas pada kuartal IV-2025, jauh di bawah estimasi sebelumnya yaitu 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas.
Sementara itu, pembukaan kembali kegiatan operasi GBC dimulai di tiga blok produksi di antaranya PB2 pada paruh pertama 2026, disusul PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026 dan PB1C menyusul pada 2027.
(azr/wdh)
































