Logo Bloomberg Technoz

Heychael pun mempertanyakan semua platform di Indonesia sudah mempunyai kemampuan mengidentifikasi user anak atau tidak, karena apabila belum memiliki, hak kebebasan berekspresi warga akan menjadi korban. 

"Jangan sampai karena minimnya kemampuan, kemudian verifikasi, akhirnya jadinya membatasi [hak kebebasan ber] ekspresi," pungkas dia.

Situs Tunasdigital.id diketahui berlandaskan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik Dalam Pelindungan Anak (PP Tunas).

Dalam paparannya, Dirjen KPM Komdigi, Fifi Aleyda Yahya menerangkan bahwa aplikasi ini adalah panduan, tips, hingga konten berbagi pengalaman terkait kewaspadaan ancaman negatif di dunia digital.

Dengan Tunasdigital.id harapannya dalam menjadi medium untuk menemani para keluarga Indonesia belajar bersama tentang hal-hal kecil yang dapat menjadi sarana menjaga anak di era digital.

Tanggapan YouTube Indonesia

Raksasa teknologi global, Alphabet Google, melalui unitnya YouTube, menyambut positif upaya Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang meluncurkan Tunasdigital.id—sebuah platform panduan literasi digital untuk perlindungan anak. 

YouTube menegaskan bahwa keselamatan dan keamanan anak di platform merupakan prioritas utama, meskipun muncul pertanyaan dari pengamat mengenai efektivitas implementasi regulasi yang mendasarinya.

Inisiatif Komdigi ini sejalan dengan semangat Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP Tunas). Country Director Google Indonesia, Veronica Utami, menekankan komitmen mereka dalam menyediakan lingkungan digital yang aman bagi generasi muda.

"Bagi kami, keselamatan dan keamanan anak-anak di platform itu tentunya juga sangat penting," ujar Veronica Utami, di Jakarta, Rabu (5/11/2025). "Kita juga sudah ada banyak sekali fitur, dan kita terus mengembangkan fitur-fitur keamanan untuk anak-anak dan juga remaja."

Utami merujuk pada serangkaian fitur keamanan komprehensif yang telah tersedia, memberikan banyak pilihan kontrol bagi orang tua, di antaranya; YouTube Kids, sebuah aplikasi terpisah yang dikurasi untuk konten yang aman dan sesuai usia; Family Link, tool kontrol orang tua untuk pengelolaan perangkat dan akun digital anak; Supervised Experiences, mekanisme pengawasan bagi orang tua terhadap pengalaman menonton anak di akun YouTube reguler.

Google dan YouTube juga mengungkapkan bahwa mereka terlibat dalam dialog berkelanjutan dengan pemerintah dalam pembentukan PP Tunas. “Kita terus berdiskusilah dengan pemerintah dalam pembentukan PP Tunas ini,” jelas Utami, sambil menambahkan bahwa fokus utama saat ini adalah penerapan regulasi tersebut. 

“Paling penting adalah penerapannya, bagaimana bisa kita juga semakin memberi masukan kepada pemerintah, dan juga pemerintah bisa memberi masukan kepada kami untuk bagaimana pengalaman itu bisa menjadi semakin aman untuk anak-anak.”

- Dengan asistensi Muhammad Fikri dan Whery Enggo Prayogi.

*) Artikel ini mendapatkan update dari pernyataan YouTube Indonesia.

(red)

No more pages