Logo Bloomberg Technoz

Ongkos Naik 15%, Bioetanol E10 Diramal Lebih Mahal dari Pertamax

Azura Yumna Ramadani Purnama
25 October 2025 17:00

Tetesan bahan bakar dari nozzle di pom bensin./Bloomberg-Oliver Bunic
Tetesan bahan bakar dari nozzle di pom bensin./Bloomberg-Oliver Bunic

Bloomberg  Technoz, Jakarta – Peneliti independen sektor energi Akhmad Hanan memprediksi hargabensin dengan campuran etanol nabati 10% atau bioetanol E10 akan lebih mahal dibandingkan bensin fosil RON 92 yakni Pertamax, lantaran biaya produksi per liternya lebih tinggi sekitar 5%—15%.

Akhmad menjelaskan, berdasarkan studi-studi International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA), biaya produksi etanol konvensional dari jagung di Amerika Serikat pada 2012 saja mencapai sekitar US$0,9—US$1,1 per liter ekuivalen bensin.

Sementara itu, ongkos produksi bioetanol dari tebu di Brasil cenderung lebih murah yakni US$0,7—US$0,9 per liter.


Di Indonesia, lanjut dia, harga acuan tertinggi bioetanol untuk bahan bakar atau market ceiling pada Agustus 2020 tercatat sekitar Rp14.779 per liter atau lebih mahal dibandingkan dengan harga Pertamax pada periode yang sama. 

“Jadi dengan kondisi sekarang saya memperkirakan bahwa untuk skema E10 di Indonesia, harga jual ke masyarakat akan sedikit lebih mahal dari bensin RON 92 fosil, kecuali ada mekanisme subsidi atau insentif untuk menutup selisih. Selisih mungkin di kisaran +5%—15% biaya per liter dalam tahap awal,” kata Akhmad ketika dihubungi, Sabtu (25/10/2025).

(Dok. KPI)