Pelaku pasar masih mencermati lebih lanjut perkembangan hubungan AS-China yang sedang memanas. Kinerja IHSG Jumat lalu juga dipengaruhi sentimen dari survei Bank Indonesia (BI) yang menyatakan kegiatan dunia usaha tengah melemah pada kuartal III-2025.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyebutkan kinerja sejumlah lapangan usaha tercatat masih meningkat, terutama pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, konstruksi, industri pengolahan, jasa keuangan, serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib.
Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee menegaskan korelasi bearish IHSG kali ini sebagian besar disebabkan karena tensi perang dagang AS-China khususnya pada ekspor mineral tanah jarang. “Hal ini dibalas Donald Trump dengan menaikkan tarif impor dari China hingga 100%,” kata Hans.
“Ketidakpastian dari global itu masuk ke kita. Dari dalam negeri sendiri sebenarnya masih aman, tapi pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati setelah muncul pernyataan soal saham gorengan,” kata dia.
(mef/wep)
































