Masalah bank-bank tersebut mengguncang pasar kurang dari seminggu setelah perang dagang kembali memanas dan di tengah kegelisahan akibat minimnya data ekonomi selama penutupan (shutdown) pemerintah AS.
S&P 500 turun 0,6%. ETF bank regional yang dipantau ketat merosot lebih dari 6%. Saham Oracle Corp melonjak setelah membagikan proyeksi margin untuk proyek infrastruktur AI. Opsi senilai lebih dari US$3,4 triliun akan berakhir pada Jumat, menurut Goldman Sachs Group Inc.
Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun turun di bawah 4%, sementara imbal hasil obligasi dua tahun mencapai level terendah sejak 2022. Harga emas mencapai rekor baru.
Para pelaku pasar juga terus memantau perkembangan geopolitik. Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk bertemu di Budapest setelah berbicara melalui telepon selama dua jam. Percakapan tersebut berlangsung sehari sebelum Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menemui Trump di Gedung Putih.
Sejumlah pejabat Federal Reserve (The Fed) juga menarik perhatian investor. Deputi Gubernur Christopher Waller mengatakan pejabat bisa terus menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase untuk menopang pasar tenaga kerja yang melemah, sementara Stephen Miran terus mendesak penurunan yang lebih besar.
Data inflasi September yang seharusnya dirilis pekan ini ditunda karena shutdown. Hal ini mempersulit penilaian urgensi pemotongan suku bunga tambahan. Namun, pejabat The Fed secara umum tetap mendukung dua pemotongan seperempat poin lagi yang mungkin akan dilakukan tahun ini.
"Shutdown membatasi ketersediaan data ekonomi bagi investor, mereka harus mengandalkan laporan keuangan untuk menggerakkan narasi jangka pendek," kata Bret Kenwell dari eToro. "Di titik ini, laporan keuangan berpotensi menstabilkan atau mengguncang pasar dalam menghadapi volatilitas terkini—dan optimisme para investor berharap yang pertama daripada yang kedua."
Para ahli strategi Citigroup Inc yang dipimpin Beata Manthey menilai pasar saham bullish mungkin akan memasuki fase yang lebih bergejolak. Karena fokus kembali pada ketegangan perdagangan AS-China, taruhannya tinggi dan jalan menuju penyelesaiannya kompleks.
Keputusan China mengumumkan kontrol ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya pada rantai pasokan logam tanah jarang mendominasi pertemuan tahunan para pemimpin ekonomi global di Washington pekan ini.
Menteri Keuangan Scott Bessent menyiratkan adanya koalisi yang sedang terbentuk. Dia mengatakan pejabat AS sedang "berbicara dengan sekutu Eropa, Australia, Kanada, India, dan negara-negara demokrasitis Asia" untuk membentuk balasan yang komprehensif.
"Meski gejolak perdagangan AS-China belakangan ini mendominasi berita utama pasar, ceritanya tetap sama bagi investor saham—pentingnya fokus pada perusahaan berkapitalisasi besar dan berkualitas," kata Daniel Skelly, Kepala Tim Riset & Strategi Pasar Manajemen Kekayaan Morgan Stanley.
Meskipun tak ada resesi yang akan terjadi, Skelly mencatat pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan menjadi tantangan bagi banyak perusahaan berkualitas rendah dan tidak menguntungkan yang menumpang dalam reli dari level terendah April.
Tanda lain dari kehati-hatian pasar saham baru-baru ini, survei terbaru Asosiasi Investor Individu Amerika menunjukkan bahwa sentimen bullish turun menjadi 33,7% pada pekan yang berakhir 15 Oktober dari 45,9% pada periode sebelumnya.
"Pekan ini cukup bergejolak bagi saham AS, meski menurut standar Oktober, sulit untuk terlalu bersemangat," kata para ahli strategi Bespoke Investment Group.
Menurut mereka, meski sentimen bullish secara rutin mendekati 50% sepanjang 2024 seiring reli pasar, dalam rebound dari level terendah April, investor jauh lebih enggan untuk ikut-ikutan.
"Sebagian keraguan investor disebabkan oleh musim laporan keuangan yang akan datang dan kekhawatiran bahwa ekspektasi mungkin terlalu optimis," kata Bespoke. "Namun, hal itu belum tentu terlihat dalam hasil."
Dari Strategas, Ryan Grabinski mengatakan satu tren yang tetap jelas adalah belanja terkait AI tidak melambat dalam nilai dolar, setidaknya belum.
Kinerja solid Taiwan Semiconductor Manufacturing Co menunjukkan perusahaan itu tetap menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari lonjakan belanja infrastruktur AI. Dari OpenAI hingga Oracle Corp, para pemimpin industri berlomba membangun pusat data yang menjadi dasar teknologi di era pasca-ChatGPT. Proyeksi bullish TSMC muncul sehari setelah prospek ASML Holding NV menunjukkan permintaan AI kuat.
"Indikator awal menunjukkan narasi AI tetap kuat untuk saat ini, dan saya menduga perusahaan-perusahaan AS akan menggemakan cerita serupa," kata Grabinski.
Sementara itu, Kantor Investasi Utama UBS menaikkan peringkat saham AS dari "netral" menjadi "menarik." Perusahaan juga meningkatkan target harga S&P 500 akhir tahun menjadi 6.900 dan target Juni 2026 menjadi 7.300. Indeks ditutup di level 6.629,07 pada Kamis.
"Kami yakin saham AS tetap menguntungkan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang tangguh, pemangkasan suku bunga The Fed, dan lonjakan belanja investasi AI," kata David Lefkowitz dari UBS Global Wealth Management.
Jika terjadi penurunan lebih besar bulan ini, kata Kenwell dari eToro, investor ritel bisa melihatnya sebagai peluang asalkan faktor teknis dan fundamental—seperti level dukungan utama, pertumbuhan laba yang solid, dan suku bunga yang lebih rendah—tetap terjaga.
"Namun, jika Anda melawan tren bullish yang dominan, selalu penting untuk mengambil keuntungan cepat dan beralih ke peluang berikutnya karena seperti yang terlihat dari pergerakan harga pekan ini, indeks hampir pulih sepenuhnya karena trennya sangat kuat," kata Fawad Razaqzada dari City Index dan Forex.com.
(bbn)






























