Logo Bloomberg Technoz

Ingrid mengatakan negosiasi business-to-business (B2B) terkait dengan pasokan impor base fuel atau BBM dasaran dari PT Pertamina (Persero) masih berlangsung.

“Saat ini, jaringan SPBU Shell tetap melayani pelanggan dengan produk BBM Shell V-Power Diesel serta produk dan layanan lainnya; termasuk Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell,” kata Ingrid dalam keterangannya kepada Bloomberg Technoz, Senin (6/10/2025).

Stok BP-AKR Ketat

Sementara itu, manajemen BP-AKR melaporkan pasokan BBM jenis BP 92 tidak tersedia di seluruh wilayah Tangerang, Bekasi, dan sejumlah wilayah di Jakarta.

Suasana sepi di SPBU BP-AKR di jalan Minangkabau Barat, Jakarta, Rabu (27/8/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Kendati demikian, terdapat sejumlah jaringan SPBU di wilayah Jakarta yang masih menjual BP 92.

“Anda dapat mengunjungi SPBU BP Kalideres untuk lokasi terdekat yang saat ini menyediakan produk BP 92,” tulis BP-AKR di akun Instagram resminya.

Vivo Jual RON 92

Selain itu, Vivo melaporkan masih menjual BBM jenis Revvo 92 di sejumlah jaringan SPBU. Dalam keterangannya, dari total 44 SPBU yang dimiliki terdapat 24 SPBU yang tidak menyediakan BBM dengan nilai oktan 92 tersebut.

Sementara produk bensin lainnya yakni Revvo 90 dan Revvo 95 masih dilaporkan kosong oleh Vivo. Berikut daftar SPBU Vivo yang tak menjual Revvo 92:

Jakarta

1. Antasari: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini, 14.00–15.00 WIB

2. Cilandak: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini, 20.00 WIB

3. Jambore: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

4. Pasar Minggu: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

5. Kedoya: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini, jam 14.00-15.00 WIB

6. MT Haryono: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

7. Pejaten: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

8. Warung Buncit: estimasi habis 16.00 WIB, pengisian kembali: info belum ada

9. Hankam: estimasi habis 16.00 WIB, pengisian kembali: info belum ada

10. Meruya: estimasi habis 12 PM, pengisian kembali: info belum ada

Tangerang

11. Pamulang: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

12. Cipondoh: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

13. Imam Bonjol: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini, 20.00 WIB

14. Bintaro 9: habis, estimasi pengisian kembali: Selasa, (7/10/2025)

Pengendara megisi BBM di SPBU Vivo Warung Buncit, Jakarta, Jumat(3/10/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bekasi

15. Jatikramat: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

16. Kranggan: habis, estimasi pengisian kembali: Selasa, (7/10/2025)

17. Cimuning: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

18. Jatibening: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

Depok

19. Sawangan: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini, 20.00–21.00 WIB

Bogor

20. Bogor Sempur: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini

21. Pajajaran: habis, estimasi pengisian kembali: hari ini

22. Sentul: habis, estimasi pengisian kembali: info belum ada

Bandung

23. Pasteur: estimasi habis 16.00 WIB, estimasi pengisian kembali: hari ini, 17.00 WIB

Tak Laku

Sebelumnya, Pertamina mengonfirmasi impor base fuel tahap kedua dengan volume sebanyak 100.000 barel kembali tidak dibeli pengelola jaringan SPBU swasta.

Hal itu diungkapkan Roberth Dumatubun, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga, entitas usaha yang fokus di bidang distribusi logistik migas milik Pertamina.

"Belum ada sampai saat ini follow up kesepakatan," ujar Roberth saat dimintai konfirmasi, Sabtu (4/10/2025).

Sekadar catatan, pada Rabu (24/9/2025), Pertamina lebih dahulu mendatangkan kargo base fuel tahap pertama sejumlah 100.000 barel.

Pengadaan tersebut ditujukan untuk menambal kebutuhan BBM jenis bensin dari operator SPBU swasta yang tengah mengalami kekosongan.

Dengan demikian, dua tahapan impor base fuel yang semestinya ditujukan untuk menambal kebutuhan bahan baku BBM SPBU swasta lagi-lagi tidak mencapai kesepakatan B2B, dengan total volume mencapai 200.000 barel.

Adapun, lima operator SPBU swasta yang terlibat dalam proses negosiasi B2B dengan Pertamina a.l. PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR), PT Vivo Energy Indonesia (Vivo), PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Mobil), PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), dan PT Shell Indonesia (Shell).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Pertamina Patra Niaga masih memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kiloliter (kl) untuk 2025.

Sementara itu, PPN menyebut operator SPBU swasta membutuhkan tambahan pasokan BBM dengan RON 92 sebanyak 1,2 juta barel base fuel, serta RON 98 sejumlah 270.000 barel base fuel untuk mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun ini.

Namun, upaya impor base fuel yang dilakukan Pertamina berujung penolakan operator SPBU swasta dengan berbagai alasan. Salah satunya kandungan atau konten yang tidak sesuai spefisikasi masing-masing operator seperti PT Vivo Energy Indonesia (Vivo).

“Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar dalam rapat dengar pendapat di Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

Nah, sedangkan ada etanol 3,5%, ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut."

Sementara itu, BP-AKR beralasan tidak kunjung melakukan kesepakatan membeli base fuel Pertamina akibat tidak adanya dokumen certificate of origin yang memastikan sumber atau ketertelusuran asal BBM dasaran yang ditawarkan Pertamina.

Dokumen tersebut padahal dibutuhkan BP Plc., raksasa migas Inggris, untuk menghindari potensi pengenaan sanksi imbas mengimpor BBM dari negara yang diembargo.

Selain itu, BP-AKR juga memberikan syarat bahwa BBM yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Di samping itu, aspek komersialisasi juga menjadi syarat penting dalam proses negosiasi.

“Di aspek yang pertama, ini memang banyak pembicaraan yang agak panjang, yaitu kami membutuhkan tambahan satu dokumen. Jadi ini yang belum disepakati karena tambahan dokumen ini belum tersedia,” tegas Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura dalam rapat yang sama di Komisi XII.

(azr/naw)

No more pages