Lee memaparkan pendekatan bertahap dalam menangani program senjata Korut. Tahap awal dimulai dengan penghentian produksi dan ekspor, dilanjutkan pengurangan senjata di jangka menengah, serta denuklirisasi penuh dalam jangka panjang. Ia menyoroti risiko proliferasi, termasuk kemungkinan Pyongyang mengekspor bahan dan teknologi nuklir ke negara lain.
Presiden Korsel itu juga menekankan kemampuan militer negaranya, yang disebut berada di jajaran lima besar dunia meski tanpa kehadiran pasukan AS di Semenanjung Korea. Ia menambahkan, belanja pertahanan Seoul jauh melampaui total output ekonomi tahunan Korut, sehingga ketidakseimbangan ini membuat ancaman langsung menjadi berkurang.
Lee kembali menyinggung peran Donald Trump dalam upaya terobosan, dengan menyebutnya sebagai sosok yang memiliki posisi unik untuk menjadi penengah dalam perundingan dengan Korut. Ia menegaskan pemerintahannya siap bertindak sebagai fasilitator agar pembicaraan semacam itu dapat berjalan sukses.
“Kami bertekad menyelesaikan risiko politik dan geopolitik ini sekali untuk selamanya,” ujar Lee. “Saya percaya hal itu akan berdampak signifikan terhadap kondisi ekonomi Korea dan indeks saham.”
(bbn)






























