Logo Bloomberg Technoz

Miguel menerangkan Blok Corridor sebelumnya berkontribusi sekitar 17.000 barrel oil equilavent per day (MBOEPD) terhadap produksi grup pada semester I-2025.

Adapun, seluruh saham Repsol di Blok Corridor dibeli oleh perusahaan energi lokal yang dikendalikan Keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC).

Sebelum akuisisi tersebut, pemegang saham di salah satu blok gas terbesar di Indonesia tersebut terbagi atas MEDC dengan porsi 46%, Repsol melalui Talisman Corridor Ltd. sebesar 24%, dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Corridor sebesar 30%.

Setelah melepas seluruh sahamnya di Blok Corridor, Repsol kembali menjual seluruh sahamnya di Blok Sakakemang & Blok South Sakakemang kepada MEDC.

Akuisisi dua blok migas itu bakal efektif setelah mendapat persetujuan dari pemerintah.

Miguel menegaskan divestasi portofolio hulu migas, termasuk di Indonesia, dilakukan untuk mengkonsolidasikan aset dengan proyeksi pertumbuhan yang lebih menguntungkan untuk jangka panjang.

“Fokus kami bukan mencari dana tunai, melainkan memastikan pertumbuhan masa depan dan konsolidasi bisnis migas yang menguntungkan,” kata Miguel.

Bisnis Hilir

Di sisi lain, manajemen Repsol menegaskan, perseroan bakal tetap beroperasi di Indonesia pada lini bisnis hilir.

“Repsol tetap ada di Indonesia karena punya bisnis hilir pelumas,” kata Stakeholders Relations Manager Repsol Indonesia Amir Faisal Jindan saat dikonfirmasi, Kamis (18/9/2025).

Fasilitas pembangkit gas milik PT Medco Energy Internasional Tbk. di Blok Corridor, Sumatra Selatan./dok. Medco

Blok Sakakemang & Blok South Sakakemang yang berdekatan dengan aset Corridor yang kini dikendalikan oleh MEDC itu sebelumnya dioperasikan oleh Repsol.

Raksasa migas berkantor pusat di Madrid itu memegang 45% hak partisipasi di Blok Sakakemang. Sisa saham lainnya dipegang Petronas sebesar 45% dan 10% lainnya diisi oleh Mitsui Oil Exploration (MOECO).

Menurut dokumen rencana pengembangan terakhir Blok Sakakemang, Repsol memastikan jumlah cadangan Lapangan Kaliberau Dalam (KBD) mencapai 474 miliar standar kaki kubik (BSCF), dari awalnya diperkirakan sebesar 460 BSCF.

Lewat dokumen yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut menyetujui rencana pemasangan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) pada blok migas tersebut.

Nantinya, fasilitas penangkapan emisi itu akan menggunakan area yang masuk ke dalam Blok Corridor, Lapangan Gelam.

Selain itu, Repsol lewat Repsol Exploración South Sakakemang S.L. memiliki 80% hak partisipasi Blok South Sakakemang. Adapun, MOECO lewat MOECO South Sakakemang B.V. memegang 20% hak partisipasi blok migas tersebut.

Di sisi lain, MEDC turut manambah kepemilikannya pada PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) menjadi 40%, makin memperkuat posisi Keluarga Panigoro pada produksi dan penyaluran gas bumi di wilayah Sumatra Selatan-Jambi yang terhubung dengan sejumlah buyers di Riau, Batam & Singapura.

Adapun, mayoritas saham TGI saat ini dipegang oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN dengan kepemilikan 59,87%, sementara sisanya 0,13% dipegang oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai dan Pensiunan PGN (YKPP PGN).

Lewat keterbukaan informasi, MEDC mengumumkan keseluruhan nilai transaksi atas akuisisi baru blok migas milik Repsol dan saham TGI itu mencapai US$90 juta atau sekitar Rp1,48 triliun (asumsi kurs Rp16.465 per dolar AS).

Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi kepada Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman, dan Kepala SKK Migas Djoko Siswanto ihwal divestasi seluruh portofolio migas Repsol di Indonesia. Hanya saja, belum ada tanggapan yang diberikan sampai berita ini tayang.

Sementara itu, Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar enggan berkomentar banyak terkait dengan keputusan Repsol untuk hengkang dari bisnis hulu migas di Indonesia.

Asnidar beralasan transaksi jual beli saham Blok Sakakemang & South Sakakemang masih dalam proses.

“Masih proses kan, pengalihan participating interest-nya,” kata Asnidar.

Konsolidasi MEDC 

Selepas transaksi disetujui otoritas migas, MEDC bakal menjadi pengendali baru untuk Blok Sakakemang dan Blok South Sakakemang.

Chief Executive Officer MEDC Robert Lorato mengatakan akuisisi dua blok migas itu makin memperkuat aset perseroan di Sumatra Selatan, setelah tambahan porsi saham di Blok Corridor.

“Portofolio cadangan hidrokarbon dan kepemilikan atas infrastruktur strategis memberikan akses pada aset dengan profil arus kas jangka panjang yang kuat,” kata Lorato lewat siaran pers, Selasa (16/9/2025).

Hilmi Panigoro, CEO PT Medco Energi Internasional./Bloomberg-Josh Estey

Belakangan, MEDC menetapkan panduan produksi migas mencapai 155 MBOEPD sampai dengan 160 MBOEPD sampai akhir tahun ini.

Panduan produksi itu belakangan dikerek selepas MEDC menyelesaikan akuisisi 46% hak partisipasi atau participating interest (PI) Repsol di Blok Corridor. Nilai akuisisi PI Repsol itu mencapai US$425 juta atau sekitar Rp6,89 triliun.

Lewat akuisisi PI perusahaan asal Spanyol itu, MEDC memegang 70% saham Blok Corridor, dengan kontrak sampai 2043 yang menggunakan skema cost recovery.

“Seiring dengan akuisisi 24% hak partisipasi milik Repsol, panduan produksi 2025 diperbarui menjadi 155 MBOEPD sampai 160 MBOEPD,” kata Direktur & Chief Administrative Officer MEDC Amri Siahaan saat public expose, Rabu (10/9/2025).

Sebelumnya, MEDC menetapkan panduan produksi pada kisaran 145 MBOEPD sampai dengan 150 MBOEPD pada rencana kerja awal 2025. Saat itu, panduan produksi belum memperhitungkan tambahan produksi dari porsi saham lebih besar di Blok Corridor. 

Adapun, tambahan produksi migas dari Blok Corridor lewat hak partisipasi baru itu mencapai sekitar 25 MBOEPD.

Sementara itu, manajemen memperkirakan tambahan EBITDA mencapai US$145 juta pada 2026, dengan asumsi harga minyak US$65 per barel dan tambahan kontrak gas tetap sebesar US$90 juta.

Sampai periode yang berakhir Juni 2025, MEDC memiliki 21 blok migas yang tersebar di Indonesia dan portofolio internasional. Sebanyak 15 blok di antaranya telah berproduksi, 3 aset masuk tahap pengembangan, dan 3 lainnya masa eksplorasi.

Kendati demikian, laba bersih MEDC merosot ke level US$37,18 juta atau setara Rp602,67 miliar (kurs Rp16.129) pada semester I-2025, turun 81,49% dibandingkan dengan US$200,99 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, MEDC membukukan pendapatan US$1,13 miliar atau sekitar Rp18,29 triliun sepanjang Januari-Juni 2025, menyusut 2,31% dibandingkan dengan US$1,16 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Sebagian besar rugi MEDC berasal dari investasi pada PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN). Tercatat kerugian dari AMMN menyumbang US$31,11 juta.

“Seiring dengan transaksi ke fase 8 dan smelter mulai produksi katoda tembaga pada akhir Maret dengan penjualan dimulai pada kuartal II,” kata Amri.

(naw/wdh)

No more pages