Kondisi ini berbeda dengan sejumlah emiten baru di bursa yang dalam prospektusnya sudah mampu memberikan gambaran dividen tidak lama setelah IPO. Sebut saja, emiten kategori lighthouse tahun ini PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
RATU memiliki komitmen membayarkan dividen tunai hingga 60% atas laba bersih mulai tahun buku 30 Juni 2024 dan seterusnya. Kemudian, CBDK dengan janji 40% dari laba dan CDIA sebesar 40%.
Selanjutnya YUPI berkomitmen untuk membagikan dividen kepada seluruh Pemegang Saham Perseroan hingga 80% dari laba bersih. Tahun ini, YUPI bahkan menarik pinjaman Rp800 miliar atau 50% dari seluruh rencana pembagian dividen sebanyak Rp1,6 triliun.
Jika dibandingkan dengan sister company EMAS, yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), saat IPO 2023 lalu dalam prospektus disebutkan komitmen pembagian dividen sebesar 30% mulai tahun buku 2025.
Masih Rugi Sejak 2022
Berdasarkan prospektus awal, Merdeka Gold Resources masih belum mencatatkan laba sejak 2022. Pada kuartal I-2025, perseroan membukukan rugi periode berjalan sebesar US$9,21 juta.
Kerugian tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$4,17 juta. Sementara itu, sepanjang 2024 EMAS merugi US$12,70 juta, setelah pada 2023 juga membukukan rugi bersih senilai US$6,83 juta.
Prospektus mengungkapkan, pelebaran rugi pada kuartal pertama 2025 terjadi seiring tidak adanya pendapatan yang dibukukan. Kondisi serupa juga terjadi pada tahun buku 2022, di mana perseroan tidak mencatatkan pemasukan.
Per Maret 2025, EMAS mengantongi total aset senilai US$543,30 juta. Dari jumlah tersebut, ekuitas perusahaan tercatat sebesar US$263,30 juta.
Sementara itu, total kewajiban perseroan mencapai US$280,09 juta. Rinciannya terdiri atas liabilitas jangka panjang US$202,09 juta dan liabilitas jangka pendek US$77,91 juta.
(dhf)































